Family Life

Beauty

Beauty Budget

Cerita Sore

Lifestyle

Couple Trip

Personal

Fashion

Japan Travel Diary #2: Shibuya, Omotesando & Ebisu


Pagi yang cerah di Ebisu. Matahari memberi semangat pada aku dan suami untuk segera mengeksplor dari Ebisu, yang ternyata sangat tenang, sepi dan jauh dari lokasi turis. Cocok untuk yang suka tempat damai dibandingkan yang bising dan ramai, cocok juga untuk berlibur bersama keluarga.

Untung lah lingkungan Ebisu damai dan adem, tidak mengecewakan besar lengan berkuasa juga untuk aku yang putus asa alasannya ialah liburan dengan anak yang sedang sakit.

Hari kedua di Tokyo, aku berencana mengajak Abenk ke tempat Shibuya.

Oh ya, ini pertama kalinya Abenk ke Jepang sedangkan aku ketiga kalinya. Hari itu hari Sabtu. Kami bangkit lebih pagi dari hari Sabtu biasanya, alasannya ialah semangat ingin mengeksplor Tokyo. Sambil menuju Shibuya yang letaknya hanya 1 stop dari stasiun Ebisu, kami juga janjian dengan sepupu kami yang sedang sekolah di Tokyo.


Kondisi Aura sudah jauh lebih membaik, tapi perlu usaha ketika memakaikan Aura baju soalnya Aura nggak mau pakai kaos kaki (!) dan nggak mau didobel-dobel (!!). Untung kepikiran bawa selimut dari Maison Elmesa, tidak mengecewakan untuk menghangatkan tubuhnya yang masih kurang fit.

Read more: Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler

Saya mengantar Abenk melihat patung Hachiko, kemudian kami mampir sebentar ke Uniqlo, H&M, dan berakhir di Loft alasannya ialah kami beli beberapa perintilan rumah dari MoMA yang dijual di Loft. Tak lama, Andri, sepupu kami tiba dengan senyum lebar dan memeluk kami.

Pertemuan ini tentunya sudah direncanakan jauh-jauh hari, mungkin dari 4-5 bulan yang kemudian waktu kami sama-sama sedang di Jakarta. Siang itu kami diantar oleh tour guide kami alias Andri untuk makan siang di Sushi Zanmai. Info lengkap Sushi Zanmai dapat klik di sini.



Aura semalam sudah sempat makan kentang goreng, siang itu Aura ngemil strawberry Jepang yang manis dan juicy banget! Lumayan lah, yang penting ada yang masuk ke perut hehe.

Sepanjang perjalanan, Aura nggak mau duduk di stroller. Mungkin alasannya ialah masih kurang fit dan masih ajaib dengan segalanya, terutama soal cuaca. Mana Shibuya kayak pepes kan, jikalau selesai pekan? Ini berlanjut terus hingga kami ke Omotesando.

Kami berkeliling dari ujung ke ujung Omotesando, Aura aku gendong terus (btw, aku hari itu lagi gak bawa gendongan). Kalau Abenk yang gendong, Aura ngamuk-ngamuk. Ya paling cuma bertahan 5-10 menit.


Alhasil dari pagi-siang-malam, Aura aku gendong terus hingga totalnya 8 jam. Mana sebentar-sebentar Aura minta menyusu, akhirnya aku menyusui Aura di pinggir jalan Omotesando yang ramai kayak pepes.

Untung ada Andri yang bantuin menutupi kami dengan syal semoga dada dan perut aku gak masuk angin hahaha!

Di balik senyuman, hati berteriak "ENCOKKK!!!!"
Menjelang sore, aku udah mulai lemas dan tangan rasanya gemetar. Akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menghangatkan tubuh di Chun Tsui Tang ditemani Andri. Sedangkan Abenk aku kasih waktu untuk jalan-jalan untuk pilih-pilih sepatu.

Lumayan deh, aku nunggu selama 1 jam lebih dan Aura tertidur pulas di pangkuan saya. Setiap ngobrol sama Andri, kepala aku rasanya mulai ngawang alasannya ialah capek jalan-jalan dan gendong Aura non-stop.

Tapi alasannya ialah kami duduk di Chun Tsui Tang untuk istirahat, Aura juga jadi dapat tidur pulas. Udah mulai keliatan sih perkembangannya dibandingkan kemarin. Aura juga sering tidur, mungkin alasannya ialah lemas dan efek obat yang dikasih dokter. Bagaimana pun, yang penting dalam 2-3 hari ke depan Aura sudah harus fit.

Karena sudah malam, aku dan Abenk mengajak Andri untuk menginap di apartemen kami. Benar kan, jadi malah seru alasannya ialah ada Andri! Nahhhh, mumpung ada Andri yang dapat ajak Aura main, aku curi-curi waktu untuk keluar sebentar walaupun hanya ke Family Mart.

Mungkin alasannya ialah capek banget dan suntuk nggak dapat menikmati liburan, I NEED MY ME-TIME! Awalnya (seperti biasa) Abenk nggak baiklah jikalau aku pergi sendirian, tapi ini Jepang. Bukan di kota besar yang tingkat kriminalitasnya tinggi. Kaprikornus aku pergi keluar bermodal dompet dan kamera, menangkap suasana Ebisu Garden Place pada malam hari yang dihiasi lampu-lampu.

Akhirnya aku tidak mengecewakan usang tuh, muter-muter di drugstore dan Family Mart hanya untuk lihat-lihat. Soalnya dari kemarin belum sempat lihat-lihat kan, apalagi seharian hanya gendong bocah yang lagi nggak yummy badan.


Dua hari pertama, aku nggak banyak foto-foto alasannya ialah Aura masih nempel kayak perangko. Belum dapat menikmati liburan juga alasannya ialah ngurus anak sakit. Tapi malam itu ditutup dengan indah alasannya ialah sempat curi waktu me-time dan menikmati suasana Ebisu yang rasanya nggak ibarat di Jepang.

Bagaimana kelanjutan dongeng liburan aku berikutnya? Stay tuned!

 Matahari memberi semangat pada aku dan suami untuk segera mengeksplor dari Ebisu JAPAN TRAVEL DIARY #2: SHIBUYA, OMOTESANDO & EBISU
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #3: Gotemba Premium Outlets


Pergi ke Gotemba Premium Outlets sebenarnya tidak ada dalam rencana liburan kami selama di Jepang. Cuma ya namanya termakan dengan kata ‘premium outlets’ jadinya aku dan Abenk tetapkan untuk ke Gotemba dibandingkan ke Disneyland. Soal Disneyland, mungkin dapat lain kali ketika Aura sudah agak besar jadi dapat main lebih puas.

Ternyata dari tempat Shibuya, nggak susah untuk ke Gotemba Premium Outlets. Saya berpatokan dengan jadwal bis yang berangkat dari Shinjuku Station (cek jadwal bis di sini).

Dari Shinjuku Station ke Gotemba menempuh waktu sekitar 90-120 menit, tergantung kondisi kemudian lintas ketika kita berangkat. Sebetulnya dapat saja naik kereta untuk ke Gotemba, tapi aku menentukan mengeluarkan uang ekstra untuk naik bis biar kami bertiga dapat tidur lebih nyenyak di bis.

Karena jikalau di kereta mungkin harus ganti-ganti stasiun dan mungkin aja tidurnya terlalu pulas – tau-tau kelewatan! Hahaha!



Benar saja, Aura dan Abenk tidur pulas selama perjalanan. Sampai di Gotemba Premium Outlets, penampakannya masih agak sepi. Mungkin ini juga alasan kenapa jadinya Aura mau duduk anteng di stroller. Hore!

Kami keluar-masuk setiap toko yang ada, tapi anehnya.. Nggak ada satu pun barang yang ‘greget’ untuk dibeli.

Read more: Japan Day #2 | Shibuya & Omotesando

Ada sih, sepatu yang Abenk suka. Tapi ukurannya nggak ada. Gituuuu terus. Akhirnya kami tidak mengecewakan usang di toko mainan Bandai (ya elah hahaha) dan borong beberapa action figure Star Wars yang tidak dijual di Indonesia. Wah, rasanya senang banget!


Menurut aku cukup worth it kok ke Gotemba. Selain dapat belanja barang-barang branded dengan harga yang cukup terjangkau, kami juga menikmati pemandangan Gunung Fuji yang tertutup salju. Cantik sekali! Beda banget dengan pengalaman pertama aku waktu pertama kali melihat Gunung Fuji ntah berapa tahun lalu. Kali ini, indah dan anggun sekali!

Lebih hebatnya lagi, kemudahan ibarat baby room, nursing room, ramp, hingga tempat permak baju ada semua di Gotemba Premium Outlets. Makara yang kesini bawa bayi, anak kecil hingga orang bau tanah pun nggak ada dilema sama sekali.

Kami pun makan siang di food court sambil menikmati pemandangan sekitar. Aura sudah jauh lebih fit dibanding kemarin, sudah mau duduk di stroller dan mau jalan sendiri. Sesekali masih minta digendong tapi nggak serewel itu. Begitu Aura melihat aku memesan beef udon untuk makan siang, Aura pribadi minta. Eh benar aja, habis loh seporsi mangkok kecil.


Mana mulutnya dibuka lebar-lebar, seakan balas dendam sebab sudah beberapa hari terakhir gak makan apa-apa hihihi.Anak pinter! Mamanya gembira deh jikalau urusan perut hahaha.

Biasanya habis makan siang, Aura niscaya tidur sebab kekenyangan. Lumayan rekor nih, soalnya Aura selama perjalanan ke Gotemba udah tidur, eh terus tidur lagi di stroller. Begitu tidur di stroller, bapak ibunya berasa bebas banget mau window shopping hehehe.

Sekitar jam 5 sore, bis kami menuju Shinjuku Stasiun tiba dan kami pulang. Saya sendiri gak belanja apa-apa buat diri sendiri, cuma beli beberapa baju untuk Aura dan keponakan saya. Ntah kenapa, walaupun banyak barang branded dengan harga menggiurkan – tetap aja gak merasa harus belanja. Banyak lho tas-tas bagus harganya hanya tinggal sekitar 2-3 juta rupiah saja.

Untuk buat teman-teman yang suka belanja, Gotemba Premium Outlets jangan hingga kelewatan ya jikalau kalian pergi ke Jepang! :)

***

Saat perjalanan pulang dan bersahabat apartemen, aku mulai lapar dan galau mau makan malam apa. Abenk tiba-tiba kasih kejutan, mengajak aku makan malam di restoran Italia yang sering kami lewati tapi aku gak pernah ngeh! Letaknya ada di seberang Westin Hotel Tokyo, namanya Bacio di Guilietta.

Little surprise!
Aura yang sudah jauh lebih sehat, mulai ngoceh lagi ibarat biasanya.
Penampakan Bacio di Guilietta dari luar. Cantik!
Walau Aura masih agak pucat, tapi sudah lebih aktif dibanding hari-hari sebelumnya.
Pesanan kami untuk bertiga. Enak!

Surprisingly, pizza dan pastanya super enak! Tempatnya memang sepi, tapi jadi nyaman banget untuk kami yang bawa anak kecil. Yang paling penting, ada hidangan dalam bahasa Inggris dan pelayannya fasih berbahasa Inggris.

Buat saya, jikalau suami yang mendadak milih restoran untuk makan ketika liburan itu berarti banget. Apalagi jikalau makanannya enak! Momen ibarat ini akan terngiang-ngiang hingga kapan pun hihihi. Biarpun sudah mau menikah hampir 5 tahun, ada saja hal-hal kecil yang bikin bumbu-bumbu percintaan yang bikin senyum-senyum.. termasuk ketika suami dapat menentukan restoran yang yummy :D

 sebenarnya tidak ada dalam rencana liburan kami selama di Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #3: GOTEMBA PREMIUM OUTLETS
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #4: Yoyogi Park, Shimokitazawa & Ebisu


Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang, niscaya sadar jikalau liburan saya tidak seindah foto di Instagram. Ya, emang realitanya gitu kok. Foto Instagram tuh memang indah-indah, tapi kenyataannya HAHAHA.

Amit-amit jangan hingga deh liburan terus anak sakit atau kita yang sakit. Nah, jikalau dari kemarin ceritanya kebanyakan perihal Aura sakit, kali ini saya mau dongeng perihal kejutan yang kami dapatkan di Jepang.

Tak lain dan tak bukan..

SAKURA!

Wah, bukannya berangkat di bulan Februari semoga menghindari sakura? Nah, niat saya juga gitu. Pertama, saya sudah pernah lihat sakura. Kedua, Jepang isinya turis semua. Ketiga, semua-semua serba mahal, serba antri, ya alasannya yaitu lagi high season dimana-mana. Sedangkan saya dan Abenk bukan tipe yang suka dengan tempat yang terlalu ramai – jadi kami pergi ke Jepang di bulan Februari.

Awalnya kami nggak percaya begitu melihat foto-foto bunga sakura menghiasai halaman ‘explore’ di Instagram. Beneran nggak sih? Apa jangan-jangan foto tahun lalu?

Gak taunya, beneran ada di Yoyogi Park! Abenk semangat banget mau lihat sakura, sedangkan saya iya-iya aja tanpa browsing terlebih dahulu bagaimana cara ke Yoyogi Park. Kan lihat di rute kereta ada goresan pena Yoyogi, nah yaudah turun disitu aja – pikir saya.

Pas kami turun di Yoyogi Station dan jalan kaki.. Mak? Mana tamannya?

Buka Google Maps.. Tulisannya masih 2 kilometer lebih. Eh buset? Serius?

Dengan arogan dan sok tau, saya dan Abenk hajar terus aja jalan kaki demi lihat sakura. Taunyaaaa yaolo.. Jauh bener! Ibaratnya kami tuh muterin Kebun Raya Bogor di bab luar, sedangkan jikalau kami turun di Harajuku Station, kami sanggup pribadi ketemu pintu masuk Yoyogi Park.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Yaudalah, udah terlanjur kok.

Mau marah, ngedumel, terus saya kelaperan. Ngedumel lagi. Sambil ngunyah onigiri. Taunya ngedumel alasannya yaitu kelaperan. Zzz.

Akhirnya sehabis kurang lebih 30 menit, kami hingga di Yoyogi Park! Kami masuk lewat pintu belakang, nah ada untungnya nih kami nyasar-nyasar. Langsung ketemu sakuranya! Horeee!

Kami duduk dulu sambil mengatur nafas. Saya makan onigiri (tetep) dan Abenk beli kopi panas untuk menghangatkan tubuh kami. Salah satu yang menyiksa bukan hanya harus jalan kaki jauh banget, tapi cuaca Tokyo yang hari itu ekstrim sekali dinginnya! Kami mengatur nafas dulu hingga agak tenang, gres deh jalan ke tempat bunga sakura.

Memang bunga sakura ini cantiknya luar biasa ya, apalagi jikalau gres mekar. Tapi kami bertiga nggak berpengaruh lama-lama untuk foto-foto, cuacanya super dingin dan pakaian kami kurang hangat. Kalau lihat hidungnya Aura, rasanya gak tega banget hehe.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Banyak yang bilang jikalau saya beruntung sanggup melihat sakura walaupun belum ‘musim’nya. Setelah dari Yoyogi Park, kami janjian dengan sahabat saya yang kebetulan rumahnya sangat bersahabat dengan tempat tujuan kami berikutnya yaitu Shimokitazawa.

Shimokitazawa populer alasannya yaitu banyak toko-toko yang lucu, menjual barang vintage dan barang bekas yang masih sangat layak pakai. Gak cuma itu aja, banyak juga coffee shop lucu-lucu. Percayalah, yang pengen banget kesini itu Abenk lho. Abenk suka banget hunting barang vintage dan preloved, jikalau nemu yang keren rasanya ibarat nemu harta karun!

Teman saya, Cristy, sudah menunggu kami bersama putrinya di pintu keluar stasiun. Kami pribadi diajak makan siang di Spajiro, yang makanannya itu dominan pasta tapi rasanya unik-unik. Kirain pastanya biasa aja, taunya busetttt lezat banget. Ntah kenapa selama di Jepang, gak pernah ketemu kuliner gak lezat hahaha. Aura juga tertidur selama makan siang, karenanya saya memutuskan untuk beli kentang goreng (lagi) jikalau Aura terbangun dan lapar.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Eh benar aja, Aura berdiri dan kelaperan banget! Akhirnya beli kentang goreng di McDonald’s (sesekali ya gapapa lah ya), terus Aura keliatan bahagia banget alasannya yaitu berhasil sanggup kentang goreng. Karena saya masih capek sisa-sisa perjalanan kemarin, saya dan Cristy karenanya duduk-duduk sambil menunggu Abenk shopping.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Untung Abenk beneran shopping hahaha. Kalau gak, kesel juga udah nunggu usang terus ia gak beli apa-apa. Menurut Abenk, toko-toko dan barang-barang di Shimokitazawa unik-unik banget tapi harganya juga gak murah lho.

Ada sih yang murah, tapi yang harganya 500-700 ribu rupiah juga ada. Untung banget sore itu saya sanggup ditemani Cristy, yang sudah saya kenal dari semenjak kami masuk kuliah bareng. Makara sekitar 13 tahun yang lalu.

Selesai dari Shimokitazawa, ternyata Abenk belum puas juga dan masih pengen balik ke Omotesando. Lah gue gimana? Saya udah capek banget, terus gak tau mau cari apa ke Omotesando. Nah, gara-gara cuaca dingin ekstrim hari itu, saya terinspirasi dari Cristy untuk mempunyai selimut bayi yang sanggup dipakai dengan cara yang majemuk – mereknya Baby Hopper.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Saya ngikut Abenk ke Omotesando untuk mampir ke Opening Ceremony sebentar, kemudian saya ngotot mau pisah alasannya yaitu mau cari Baby Hopper ke Shibuya. Reaksi Abenk.. Tentunya khawatir, gak rela, gak sudi istrinya jalan-jalan sendirian di negara orang hahaha. Mana udah mau malam.

Tapi saya ngotot jikalau harus cari Baby Hopper di kawasan Shibuya semoga besok-besok Aura lebih hangat ketika tidur di stroller. Soalnya beneran dingin banget!

Akhirnya kami berpisah di Omotesando, saya jalan kaki ke Shibuya dan Abenk mau belanja di Omotesando.

Petualangan saya dimulai.. 

Tentu rasanya beda banget jalan berduaan dengan anak di negeri orang. Rasa deg-degan, seru, menggelitik dan bahagia menyelimuti. Rasanya ada adrenalin yang mengalir di tubuh saya. Norak ya? Padahal gres jalan-jalan bukan bungee jumping hehe. Hal sederhana tapi saya yakin, sanggup punya waktu sendiri yang damai ketika anak tidur itu kemewahan yang luar biasa.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Hasilnya, saya muter-muter di Shibuya tapi hasilnya nihil. Baby Hopper yang saya cari ternyata susah banget dapatnya! Perasaan saya yakin jikalau barang yang saya cari niscaya dijual di department store Mitsukoshi yang letaknya bersahabat sekali dengan airbnb tempat saya menginap. Begitu Aura terbangun, Aura mulai rewel dan minta-minta digendong. Setelah saya cuekin, karenanya saya gak tega juga dan menggendong Aura – sedangkan satu tangan lagi tetap harus pegang stroller.

Hebohnya lagi, saya harus mendorong-dorong stroller naik-turun kereta dari Shibuya ke Ebisu. Mana lagi jam pulang kantor, wiuh ramai banget stasiunnya! Roda stroller sempat terjepit ketika saya mau turun kereta, untungnya banyak orang yang membantu. Setelah hingga di Ebisu Station, saya memaksa Aura duduk di stroller alasannya yaitu kami harus jalan cukup jauh untuk hingga ke Mitsukoshi.

Aura jerit-jerit, tapi karenanya membisu sendiri dan lanjut jerit-jerit lagi hahaha. Mungkin ia lapar!

Sekitar jam 7 malam, kami hingga di Mitsukoshi dan saya pribadi menuju lantai B1 dimana tempat keperluan ibu dan anak tersedia. Seperti rekomendasi Cristy, saya melipir sebentar ke tempat bermain yang ada di tengah-tengah department store semoga Aura sanggup main.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Saya duduk, istirahat sambil mengecek smartphone. Pocket Wifi yang saya bawa sudah mati, baterainya habis. Di kepala teringat suami, kira-kira lagi ngapain ya Abenk?

Badan rasanya mulai remuk alasannya yaitu jalan kaki terus selama di Tokyo, tapi bahagia banget alasannya yaitu Aura sudah mulai ceria. Sedikit-sedikit ia mulai lari kesana kemari. Artinya.. Energi dan semangatnya sudah mulai kembali. Hore!

Kayaknya ada sih, sekitar 20 menit saya menemani Aura bermain. Lumayan juga untuk mengisi tenaga saya walau hanya duduk-duduk. Saya tetap mencari Baby Hopper, lagi-lagi barangnya gak ada. Saya muter-muter lagi hingga ke pojok-pojok, wah memang rejeki saya! Ternyata barang yang saya cari ketemu! Walaupun mereknya bukan Baby Hopper, melainkan Miki House – tapi barangnya serupa dari segi fungsi maupun harga.

Tanpa pikir panjang saya pribadi ke kasir untuk membayar, puas banget rasanya jikalau barang yang kita cari-cari karenanya ketemu! Eh ternyata, Aura nyangkut di toko yang kami datangi. Aura asik main sama buku-buku yang dipajang di toko, ujung-ujungnya ia jadi asik main sendiri deh hehehe.

Mitsukoshi ternyata setiap hari tutup pukul jam 8 malam. Sebelum tutup, saya menyempatkan membeli dua porsi chinese fried rice dan satu porsi ayam goreng tepung untuk makan malam kami bertiga. Yakin banget deh, jikalau Abenk pulang-pulang niscaya perutnya kosong hahaha (kebiasaan).

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Begitu mau keluar dari Mitsukoshi, Aura ngamuk lagi. Kayaknya masih bahagia jalan-jalan di mall, alasannya yaitu hangat dan mungkin malas lihat yang gelap-gelap di luar hahaha.

Pulang ke apartemen sendirian, tentengan belanja banyak banget, bawa bocah dan stroller. Saya sempat berhenti sebentar-sebentar untuk mengabadikan momen ini dengan kamera saya, untuk materi dongeng di blog sebagai kenang-kenangan saya selama liburan di Jepang.

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU

Rasa puas, bahagia dan gembira menyelimuti diri, gak nyangka berhasil jalan-jalan berduaan dengan anak berusia 1 tahun 8 bulan di negeri orang! Berhasil mendapat barang yang dicari, Aura juga tidak mengecewakan nurut walau jerit-jerit dikit gapapa lah ya :D

Malam itu, kami tutup dengan makan chinese fried rice berduaan sambil menunggu Abenk pulang. Aura yang sudah lebih sehat, mangap terus dan mengangguk-anggukan kepala setiap minta disuapi. Sewaktu Abenk pulang, ia membawa satu kantong belanjaan besar dan wajahnya sangat sumringah. Bukan saya saja yang berhasil mendapat me-time, Abenk pun sanggup me-time sambil belanja sepatu yang sudah ia incar.

“Makasih ya sayang, udah ngasih saya waktu sendirian,” bisik Abenk sambil memeluk saya dengan kencang.

Liburan kali ini memang jauh berbeda dari liburan-liburan sebelumnya. Banyak rencana-rencana yang kami geser (seperti ke Disneyland) alasannya yaitu kondisi Aura yang sedang kurang fit, tapi ada saja kejutan-kejutan yang datang. Termasuk ketika saya sanggup jalan-jalan sendirian, Abenk pun merasa begitu. Masih banyak kelanjutan dongeng liburan ke Jepang, stay tuned!

 Kalau ada yang ngikutin dongeng liburan saya ke Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #4: YOYOGI PARK, SHIMOKITAZAWA & EBISU
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #1: Traveling With A Sick Toddler


Bisa dibilang, liburan kali ini ialah liburan ‘balas dendam’ sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup lama. Tahun kemudian kami ‘hanya’ curi-curi waktu saja untuk weekend getaway atau keluar kota, hanya sekedar refreshing bukan liburan yang nampol banget!

Setelah perencanaan yang cukup matang dari segi finansial, hasilnya kami dapat pergi ke Jepang selama 10 hari dan mengunjungi beberapa tempat yang sudah aku idam-idamkan. Semua persiapan sudah beres dan cukup matang, tapi ternyata tiga hari sebelum kami berangkat.. Aura demam tinggi dan batuk pilek!

Waduh, bayanginnya aja udah repot. Lebih sedihnya lagi, Aura tertular oleh orang-orang yang tiba ke rumah saya, lagi batuk dan tidak ada yang pakai masker. Miris.

Read more: Unfocus

Ya sudah terlanjur tertular, mau bagaimana? Selain menciptakan Aura nyaman dan tenang, kami juga pergi ke dokter untuk minta resep obat. Kalau lagi sakit, Aura sama aja rewel dan mogok makan persis ibarat belum dewasa lainnya. Ditambah dengan muntah sebab tenggorokannya yang gatal. Kalau malam suka muntah dan susah tidur.

Sebelum pergi ke bandara Soekarno Hatta, aku dan Abenk sempat berdoa di kendaraan beroda empat untuk keselamatan dan kesehatan kami dan juga orang-orang yang kami tinggalkan selama liburan di Jakarta.

“Sayang, pokoknya apa pun yang terjadi, kita harus siap ya.”

Satu kalimat statement yang menciptakan aku berpikir dan juga mempersiapkan diri dengan hal-hal di luar planning kami.

“Iya, sayang,” jawab aku sambil mewaspadai apa yang aku ucapkan.

***

Selama di pesawat, Aura susah tidur dan resah banget. Saya dan suami pun ikut terjaga sebab Aura nangis terus, batuk-batuk terus, kasian banget pokoknya. Dua jam sebelum mendarat di Haneda, kami bertiga gres dapat tidur agak lebih nyenyak. Alhasil hingga di airport, kami tidak mengecewakan zombie sebab kurang tidur. Aura rewel nggak mau ina-ini-itu. Di stroller gak mau, dipakaiin baju dobel nggak mau, kaos kaki nggak mau, diturunin supaya jalan kaki sendiri nggak mau.

Lebih riwehnya lagi, Aura nangis-nangis pas ditaruh di stroller, padahal kami harus naik kereta untuk early check-in di apartemen tempat kami akan tinggal selama 6 hari. Tau sendiri kan, jikalau taksi di Jepang muahal banget tarifnya?

Akhirnya aku gendong-gendong deh selama pindah-pindah kereta dari Haneda-Shinagawa-Ebisu. Sampai di stasiun Ebisu, Aura teriak-teriak lagi nggak mau duduk di stroller. Tubuh kami masih menyesuaikan diri dengan suhu di Jepang yang hambar dan anginnya nusuk. Aura masih kaget dengan semuanya, plus smartphone aku mendadak mati padahal semua kebutuhan ibarat peta, alamat, arahan untuk masuk ke apartemen ada di smartphone saya.

Setelah 15-20 menit mencari-cari apartemen kami dan nyasar-nyasar, hasilnya kami hingga juga. Untung ada orang di sekitar situ yang membantu kami menemukan alamat apartemen kami.

Sampai di apartemen, kami masih kedinginan dan lupa nanya ke host kami bagaimana menyalakan heater! Hahahaha! Kebetulan host kami lagi business trip, jadi agak susah menghubunginya. Otak aku pun eksklusif ingat seorang sahabat usang yang tinggal di Jepang, eksklusif deh aku video call teman saya, Cristy, yang kebetulan telfonnya eksklusif diangkat. Thanks ya Cristy!



Rencana kami untuk jalan-jalan di hari pertama pun gagal, kami bertiga teler sebab kurang tidur. Tapi masih lebih teler Aura yang setiap batuk niscaya nangis. Akhirnya Abenk memutuskan semoga kami istirahat saja di apartemen, paling jikalau mau keluar pun, Abenk yang pergi untuk beli makan. Untungnya kami menginap di tempat Ebisu yang nggak seramai Shibuya dan Shinjuku, akrab apartemen kami juga banyak convenient store dan restoran.

Menjelang malam, Abenk keluar untuk mencari makan. Percaya lah, Aura belum makan dengan benar selama 2-3 hari sebab lagi sakit. Mama-nya apakabar?

Frustasi.

Serius. Frustasi, saudara-saudara!

Aura nggak mau makan, belum buang air besar, lemes, rewel. Mogok ngomong juga lho selama 2-3 hari. Boro-boro ngomong, “Mama” atau “Nggak mau” – beneran nggak ngomong sama sekali! Senyumannya hilang, nggak ada ketawa dan mulut tengil yang selama ini bikin aku ngakak-ngakak.

Kayak film Trolls gitu, yang tadinya warna-warni.. Sekarang jadi abu-abu. #sedih #pilu

Saya pun berkali-kali googling perihal ‘liburan dengan anak sakit’, ‘anak sakit ketika liburan’ dan ‘traveling with a sick toddler’ – iya, aku benar-benar di tahap putus asa berat. Saya hingga gak percaya aku baca tips menghilangkan jerawat dan bekas-baca tips menghilangkan jerawat dan bekasin artikel tips menghilangkan jerawat dan bekas macam-macam yang berafiliasi dengan anak sakit selama liburan.

Menjelang malam, Abenk pun cepat-cepat keluar dari apartemen untuk beli cemilan. Saya titip pesan, “Sayang, tolong cariin kentang goreng. Sama beliin cemilan yang banyak, apa aja deh, pokoknya yang banyak dan gambarnya lucu-lucu. Hati-hati ya.”

Kalau soal cemilan, Abenk memang jagoannya. Sekitar satu jam kemudian, Abenk pulang membawa dua kantong KFC dan satu kantong besar yang isinya cemilan imut-imut yang bentuknya terlalu lucu hingga gak rela untuk di makan. Saya sediakan piring di meja, kemudian kami menjajakan semua harta karun yang Abenk bawa hahaha.

Aura eksklusif tertarik melihat cemilan unyu-unyu, tangannya eksklusif tertuju pada biskuit manis-manis. Semenit kemudian, Aura eksklusif ambil kentang goreng yang bentuknya gendut-gendut (KFC, kau penyelamatku!) dan Aura habis seporsi kentang lho, ibu-ibu!

Setelah makan, Aura jauh lebih segar dan mulai joget-joget kecil lagi.
Begitu aku lihat Aura mau makan kentang goreng dengan lahap, aku duduk di sebelah Abenk dan tanpa sadar air mata bercucuran satu per satu (ini ngetiknya aja sambil berkaca-kaca).

Rasa lelah, frustasi, bingung.. Semuanya eksklusif hilang begitu Aura mau makan. Abenk di sebelah aku ngelus-ngelus punggung, “Udah kau jangan terlalu mikirin.”

Biarpun aku keseringan nyantai, tapi problem kayak gini juga bikin aku putus asa lho. Sama kayak ibu-ibu lain di luar sana hehe. Setelah selesai makan, aku elus-elus Aura sambil berdoa, “Semoga makanannya diterima ya Nak, semoga nanti malam nggak muntah ya Nak.”

Beneran lho, malamnya Aura tidur lebih nyenyak dan nggak muntah! Fiuh, malam pertama di Tokyo begitu berwarna. Rasa excited, deg-degan dan perasaan tak sabar menyelimuti aku malam itu.

Percaya lah, sempat beberapa kali terlintas di pikiran aku semoga membatalkan liburan kami atau beli tiket pulang jikalau Aura tak kunjung membaik. Soalnya aku teringat dongeng seorang sahabat berjulukan Ajeng, yang hasilnya mempercepat liburannya selama di Jepang sebab putrinya demam tinggi. Niat liburan sekitar 8 hari, hasilnya di hari kelima Ajeng dan putrinya pulang ke Jakarta.

Saya tau aku nggak sendirian. Banyak sekali teman-teman di luar sana yang ikut menyemangati, memberi derma dan doa semoga Aura cepat sembuh dan kami juga sehat-sehat selama liburan. Memang jikalau lagi masa-masa sulit begini, rasanya tuh dunia mau runtuh (ini yang ngomong Andra versi lebay hihihi). Saya percaya semua akan berakhir, terima kasih buat yang kemarin mendoakan Aura dan mengikuti terus dongeng liburan kami.

Drama belum berakhir, selanjutnya akan aku ceritakan di hari kedua! Thank you for your endless support! You know who you are! xoxo

 sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup usang JAPAN TRAVEL DIARY #1: TRAVELING WITH A SICK TODDLER
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #5: Daikanyama, Mori Art Museum & Roppongi Hills

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Happy birthday, sayang! 

Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan, rejeki dan selalu menjadi sahabat terbaik yang aku punya. Tahun ini, aku tidak menyiapkan kado apa-apa untuk Abenk – sebab memang liburan ini yaitu pecahan dari ulang tahunnya Abenk hehe.

Soalnya jikalau waktu itu nggak nekat beli tiket, mungkin hingga hari ini.. Liburan ke Jepang itu hanya keinginan saja.

Tapi di hari ulang tahun Abenk kemarin, aku sanggup hadiah yaitu back pain yang tidak mengecewakan menyiksa. Saya cukup kaget kok pas bangkit pagi, tiba-tiba back pain? Nah lho!

Biasanya aku aktif banget bawa-bawa barang, gendong Aura, jongkok sana-sini, ehhh hari itu aku off dulu deh gerak-geraknya. Saya udah usang nggak mencicipi back pain, kayaknya sih gara-gara kebanyakan gendong Aura Suri yang udah berat banget plus banyak jalan kaki selama di Tokyo.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
Berulang-ulang aku bilang ke Aura, “Mama lagi back pain, gak sanggup lama-lama gendong Aura ya. Aura sama Papa dulu ya.”

Gak taunya bocahnya ibarat terhipnotis, hari itu Aura nyantai aja dan banyak main sama Abenk (Mamanya jadi sanggup istirahat bentar hehe).

***

Kegiatan wajib setiap aku dan Abenk berlibur yaitu menghabiskan waktu di toko buku dan mengunjungi museum untuk menikmati karya seni.

Rencana kami ke Daikanyama bekerjsama ingin mengunjungi dua galeri seni, Art Front Gallery dan Arts Initiative Tokyo. Lalu gres ke Daikanyama T-Site untuk belanja buku. Selama kurang lebih 30 menit, kami nyari-nyari alamat Arts Initiative Tokyo tapi hasilnya NIHIL.

Ini tidak mengecewakan bikin sebel sih, soalnya kami udah niat banget pengen kesana. Padahal sudah ditolongin sama orang setempat lho untuk cari alamat. Mungkin belum jodoh ya, padahal Arts Initiative Tokyo ini keliatannya menarik banget.

Mulai hopeless dengan pencarian kami, hasilnya kami ‘istirahat’ dulu di Daikanyama T-Site. Back pain aku sangat mengganggu, jadi aku milih duduk-duduk dibandingkan belanja buku. Walaupun buku-buku yang dijual di T-Site itu supeeeer menggiurkan, aku mikirin bawa pulang buku segambreng aja udah cenut-cenut. Mendingan nanti aja jikalau ada rejeki ke Tokyo lagi, aku bawa koper kosong supaya sanggup belanja lebih banyak hehehe.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Daikanyama T-Site ini memang tempatnya luar biasa. Lingkungan Daikanyama juga nyaman, homey, cenderung sepi dan rapi – berbeda dengan tempat-tempat turis di Tokyo lainnya. Saya jatuh cinta sama Daikanyama. Toko-toko yang tersedia juga cukup banyak kok, hingga kepikiran jikalau lain kali ke Tokyo mungkin mau coba menginap di tempat sini.

Benar aja, Abenk supeeeer usang banget di Daikanyama T-Site! Gak kelar-kelar! Kayaknya terlalu galau mau beli buku, sebab memang buku-buku yang berafiliasi dengan art and culture tuh lengkap.

Yaudah hasilnya mampir ke Art Front Gallery, sebuah galeri kecil yang pas kami kesana – benar-benar gak ada orang! Hahaha! Akhirnya kami menikmati karya yang dipamerkan, walaupun gak ada satu orang pun yang jaga. Hihihi.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Selesai dari Daikanyama, kami makan siang di Teppanyaki Kishin yang letaknya bersebelahan dengan T-Site. Tadinya ingin mencoba makan siang di Ivy Place, tapi ternyata ramai banget dan aku malas antri terlalu lama.

Dari T-Site kami ke destinasi selanjutnya: MORI ART MUSEUM yang terletak di Roppongi Hills.

Nah ini gres kejutan!

Saat membeli tiket masuk Mori Art Museum, ternyata satu paket dengan Tokyo City View dimana kita sanggup melihat pemandangan kota Tokyo dari ketinggian yang.. cukup tinggi lah pokoknya! Rejeki kami banget, padahal gak ada planning untuk melihat dan mendapat pemandangan kota Tokyo dari atas.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Di Mori Art Museum sedang ada ekspo seorang seniman bernama N.S. Harsha berjudul Charming Journey. Saya gak akan bahas wacana karyanya sebab aku nggak sanggup menikmati sebab harus ngejar-ngejar Aura hahaha. Tapi jikalau teman-teman mau ke Tokyo, jangan lupa mampir ya sebab pamerannya diadakan hingga 11 Juni 2017.

Salah satu karya N.S. Harsha yang sanggup aku dan Aura nikmati yaitu Sky Gazers, dimana karya tersebut ibarat lantai yang dilukis dan di atasnya terdapat cermin besar sehingga kita sanggup mengambil foto dan tidur-tiduran sambil menikmati karya beliau.

Aura senang dan semangat banget, sebab sanggup tiduran sambil main-main disana. Banyak pengunjung yang malah ketiduran di Sky Gazers, haha gemes ya!

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Karya N.S. Harsha satu lagi yang menciptakan semua orang berdebar-debar adalah Punarapi Jananam Punarapi Maranam (again birth - again death) dengan ukuran 365.8 x 2,407.9 cm. WHAT!?! Asli gede banget, GEDE BANGET! Kalau dilihat dari dekat, gres keliatan detail lukisan ini yang gambarnya terdiri dari planet dan bintang-bintang.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Suatu karya yang sungguh luar biasa (ngetiknya hingga merinding), sayangnya aku gak sanggup terlalu menikmati dikala itu tapi ngotot foto untuk kenang-kenangan hehe.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Sore itu ditutup dengan indah di Roppongi Hills. Kejutan-kejutan dikala liburan ibarat ini sangat priceless sebab kami memang tidak merencanakannya. Justru hal-hal sederhana ibarat ini menciptakan aku dan Abenk selalu bersyukur diberi kesempatan untuk melihat sesuatu yang berbeda dibanding hari-hari biasanya.

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS

Pilihan kami untuk menghabiskan waktu di tempat Daikanyama dan ditutup dengan menikmati pemandangan kota Tokyo, merupakan kenangan manis serta epilog liburan kami selama 6 hari di Tokyo. Walau awalnya penuh drama waktu kami harus bepergian dengan Aura yang sakit dan aku juga sempat putus asa berat, tapi hari-hari liburan kami sanggup dibilang sangat penuh keajaiban.

Banyak hal yang kami pelajari wacana kultur, budaya, perasaan, hubungan aku dengan Abenk dan hubungan aku dengan Aura. Masih terngiang oleh aku rasa senang dan puas begitu sanggup menyentuhkan kaki di negeri matahari, menghabiskan waktu dengan dua orang yang aku sayangi tanpa diganggu oleh kesibukan dan rutinitas.

Terima kasih atas kenangannya, Tokyo! Sampai jumpa di lain waktu xoxo

 Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan JAPAN TRAVEL DIARY #5: DAIKANYAMA, MORI ART MUSEUM & ROPPONGI HILLS
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka