Happy birthday, sayang!
Saya memeluk suami sambil berdoa supaya ia selalu diberi kesehatan, rejeki dan selalu menjadi sahabat terbaik yang aku punya. Tahun ini, aku tidak menyiapkan kado apa-apa untuk Abenk – sebab memang liburan ini yaitu pecahan dari ulang tahunnya Abenk hehe.
Soalnya jikalau waktu itu nggak nekat beli tiket, mungkin hingga hari ini.. Liburan ke Jepang itu hanya keinginan saja.
Tapi di hari ulang tahun Abenk kemarin, aku sanggup hadiah yaitu back pain yang tidak mengecewakan menyiksa. Saya cukup kaget kok pas bangkit pagi, tiba-tiba back pain? Nah lho!
Biasanya aku aktif banget bawa-bawa barang, gendong Aura, jongkok sana-sini, ehhh hari itu aku off dulu deh gerak-geraknya. Saya udah usang nggak mencicipi back pain, kayaknya sih gara-gara kebanyakan gendong Aura Suri yang udah berat banget plus banyak jalan kaki selama di Tokyo.
Berulang-ulang aku bilang ke Aura, “Mama lagi back pain, gak sanggup lama-lama gendong Aura ya. Aura sama Papa dulu ya.”
Gak taunya bocahnya ibarat terhipnotis, hari itu Aura nyantai aja dan banyak main sama Abenk (Mamanya jadi sanggup istirahat bentar hehe).
Kegiatan wajib setiap aku dan Abenk berlibur yaitu menghabiskan waktu di toko buku dan mengunjungi museum untuk menikmati karya seni.
Rencana kami ke Daikanyama bekerjsama ingin mengunjungi dua galeri seni, Art Front Gallery dan Arts Initiative Tokyo. Lalu gres ke Daikanyama T-Site untuk belanja buku. Selama kurang lebih 30 menit, kami nyari-nyari alamat Arts Initiative Tokyo tapi hasilnya NIHIL.
Ini tidak mengecewakan bikin sebel sih, soalnya kami udah niat banget pengen kesana. Padahal sudah ditolongin sama orang setempat lho untuk cari alamat. Mungkin belum jodoh ya, padahal Arts Initiative Tokyo ini keliatannya menarik banget.
Mulai hopeless dengan pencarian kami, hasilnya kami ‘istirahat’ dulu di Daikanyama T-Site. Back pain aku sangat mengganggu, jadi aku milih duduk-duduk dibandingkan belanja buku. Walaupun buku-buku yang dijual di T-Site itu supeeeer menggiurkan, aku mikirin bawa pulang buku segambreng aja udah cenut-cenut. Mendingan nanti aja jikalau ada rejeki ke Tokyo lagi, aku bawa koper kosong supaya sanggup belanja lebih banyak hehehe.
Daikanyama T-Site ini memang tempatnya luar biasa. Lingkungan Daikanyama juga nyaman, homey, cenderung sepi dan rapi – berbeda dengan tempat-tempat turis di Tokyo lainnya. Saya jatuh cinta sama Daikanyama. Toko-toko yang tersedia juga cukup banyak kok, hingga kepikiran jikalau lain kali ke Tokyo mungkin mau coba menginap di tempat sini.
Benar aja, Abenk supeeeer usang banget di Daikanyama T-Site! Gak kelar-kelar! Kayaknya terlalu galau mau beli buku, sebab memang buku-buku yang berafiliasi dengan art and culture tuh lengkap.
Yaudah hasilnya mampir ke Art Front Gallery, sebuah galeri kecil yang pas kami kesana – benar-benar gak ada orang! Hahaha! Akhirnya kami menikmati karya yang dipamerkan, walaupun gak ada satu orang pun yang jaga. Hihihi.
Selesai dari Daikanyama, kami makan siang di Teppanyaki Kishin yang letaknya bersebelahan dengan T-Site. Tadinya ingin mencoba makan siang di Ivy Place, tapi ternyata ramai banget dan aku malas antri terlalu lama.
Dari T-Site kami ke destinasi selanjutnya: MORI ART MUSEUM yang terletak di Roppongi Hills.
Nah ini gres kejutan!
Saat membeli tiket masuk Mori Art Museum, ternyata satu paket dengan Tokyo City View dimana kita sanggup melihat pemandangan kota Tokyo dari ketinggian yang.. cukup tinggi lah pokoknya! Rejeki kami banget, padahal gak ada planning untuk melihat dan mendapat pemandangan kota Tokyo dari atas.
Di Mori Art Museum sedang ada ekspo seorang seniman bernama N.S. Harsha berjudul Charming Journey. Saya gak akan bahas wacana karyanya sebab aku nggak sanggup menikmati sebab harus ngejar-ngejar Aura hahaha. Tapi jikalau teman-teman mau ke Tokyo, jangan lupa mampir ya sebab pamerannya diadakan hingga 11 Juni 2017.
Salah satu karya N.S. Harsha yang sanggup aku dan Aura nikmati yaitu Sky Gazers, dimana karya tersebut ibarat lantai yang dilukis dan di atasnya terdapat cermin besar sehingga kita sanggup mengambil foto dan tidur-tiduran sambil menikmati karya beliau.
Aura senang dan semangat banget, sebab sanggup tiduran sambil main-main disana. Banyak pengunjung yang malah ketiduran di Sky Gazers, haha gemes ya!
Karya N.S. Harsha satu lagi yang menciptakan semua orang berdebar-debar adalah Punarapi Jananam Punarapi Maranam (again birth - again death) dengan ukuran 365.8 x 2,407.9 cm. WHAT!?! Asli gede banget, GEDE BANGET! Kalau dilihat dari dekat, gres keliatan detail lukisan ini yang gambarnya terdiri dari planet dan bintang-bintang.
Suatu karya yang sungguh luar biasa (ngetiknya hingga merinding), sayangnya aku gak sanggup terlalu menikmati dikala itu tapi ngotot foto untuk kenang-kenangan hehe.
Sore itu ditutup dengan indah di Roppongi Hills. Kejutan-kejutan dikala liburan ibarat ini sangat priceless sebab kami memang tidak merencanakannya. Justru hal-hal sederhana ibarat ini menciptakan aku dan Abenk selalu bersyukur diberi kesempatan untuk melihat sesuatu yang berbeda dibanding hari-hari biasanya.
Pilihan kami untuk menghabiskan waktu di tempat Daikanyama dan ditutup dengan menikmati pemandangan kota Tokyo, merupakan kenangan manis serta epilog liburan kami selama 6 hari di Tokyo. Walau awalnya penuh drama waktu kami harus bepergian dengan Aura yang sakit dan aku juga sempat putus asa berat, tapi hari-hari liburan kami sanggup dibilang sangat penuh keajaiban.
Banyak hal yang kami pelajari wacana kultur, budaya, perasaan, hubungan aku dengan Abenk dan hubungan aku dengan Aura. Masih terngiang oleh aku rasa senang dan puas begitu sanggup menyentuhkan kaki di negeri matahari, menghabiskan waktu dengan dua orang yang aku sayangi tanpa diganggu oleh kesibukan dan rutinitas.
Terima kasih atas kenangannya, Tokyo! Sampai jumpa di lain waktu xoxo
No comments: