Family Life

Beauty

Beauty Budget

Cerita Sore

Lifestyle

Couple Trip

Personal

Fashion

Japan Travel Diary #2: Shibuya, Omotesando & Ebisu


Pagi yang cerah di Ebisu. Matahari memberi semangat pada aku dan suami untuk segera mengeksplor dari Ebisu, yang ternyata sangat tenang, sepi dan jauh dari lokasi turis. Cocok untuk yang suka tempat damai dibandingkan yang bising dan ramai, cocok juga untuk berlibur bersama keluarga.

Untung lah lingkungan Ebisu damai dan adem, tidak mengecewakan besar lengan berkuasa juga untuk aku yang putus asa alasannya ialah liburan dengan anak yang sedang sakit.

Hari kedua di Tokyo, aku berencana mengajak Abenk ke tempat Shibuya.

Oh ya, ini pertama kalinya Abenk ke Jepang sedangkan aku ketiga kalinya. Hari itu hari Sabtu. Kami bangkit lebih pagi dari hari Sabtu biasanya, alasannya ialah semangat ingin mengeksplor Tokyo. Sambil menuju Shibuya yang letaknya hanya 1 stop dari stasiun Ebisu, kami juga janjian dengan sepupu kami yang sedang sekolah di Tokyo.


Kondisi Aura sudah jauh lebih membaik, tapi perlu usaha ketika memakaikan Aura baju soalnya Aura nggak mau pakai kaos kaki (!) dan nggak mau didobel-dobel (!!). Untung kepikiran bawa selimut dari Maison Elmesa, tidak mengecewakan untuk menghangatkan tubuhnya yang masih kurang fit.

Read more: Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler

Saya mengantar Abenk melihat patung Hachiko, kemudian kami mampir sebentar ke Uniqlo, H&M, dan berakhir di Loft alasannya ialah kami beli beberapa perintilan rumah dari MoMA yang dijual di Loft. Tak lama, Andri, sepupu kami tiba dengan senyum lebar dan memeluk kami.

Pertemuan ini tentunya sudah direncanakan jauh-jauh hari, mungkin dari 4-5 bulan yang kemudian waktu kami sama-sama sedang di Jakarta. Siang itu kami diantar oleh tour guide kami alias Andri untuk makan siang di Sushi Zanmai. Info lengkap Sushi Zanmai dapat klik di sini.



Aura semalam sudah sempat makan kentang goreng, siang itu Aura ngemil strawberry Jepang yang manis dan juicy banget! Lumayan lah, yang penting ada yang masuk ke perut hehe.

Sepanjang perjalanan, Aura nggak mau duduk di stroller. Mungkin alasannya ialah masih kurang fit dan masih ajaib dengan segalanya, terutama soal cuaca. Mana Shibuya kayak pepes kan, jikalau selesai pekan? Ini berlanjut terus hingga kami ke Omotesando.

Kami berkeliling dari ujung ke ujung Omotesando, Aura aku gendong terus (btw, aku hari itu lagi gak bawa gendongan). Kalau Abenk yang gendong, Aura ngamuk-ngamuk. Ya paling cuma bertahan 5-10 menit.


Alhasil dari pagi-siang-malam, Aura aku gendong terus hingga totalnya 8 jam. Mana sebentar-sebentar Aura minta menyusu, akhirnya aku menyusui Aura di pinggir jalan Omotesando yang ramai kayak pepes.

Untung ada Andri yang bantuin menutupi kami dengan syal semoga dada dan perut aku gak masuk angin hahaha!

Di balik senyuman, hati berteriak "ENCOKKK!!!!"
Menjelang sore, aku udah mulai lemas dan tangan rasanya gemetar. Akhirnya memutuskan untuk istirahat sejenak sambil menghangatkan tubuh di Chun Tsui Tang ditemani Andri. Sedangkan Abenk aku kasih waktu untuk jalan-jalan untuk pilih-pilih sepatu.

Lumayan deh, aku nunggu selama 1 jam lebih dan Aura tertidur pulas di pangkuan saya. Setiap ngobrol sama Andri, kepala aku rasanya mulai ngawang alasannya ialah capek jalan-jalan dan gendong Aura non-stop.

Tapi alasannya ialah kami duduk di Chun Tsui Tang untuk istirahat, Aura juga jadi dapat tidur pulas. Udah mulai keliatan sih perkembangannya dibandingkan kemarin. Aura juga sering tidur, mungkin alasannya ialah lemas dan efek obat yang dikasih dokter. Bagaimana pun, yang penting dalam 2-3 hari ke depan Aura sudah harus fit.

Karena sudah malam, aku dan Abenk mengajak Andri untuk menginap di apartemen kami. Benar kan, jadi malah seru alasannya ialah ada Andri! Nahhhh, mumpung ada Andri yang dapat ajak Aura main, aku curi-curi waktu untuk keluar sebentar walaupun hanya ke Family Mart.

Mungkin alasannya ialah capek banget dan suntuk nggak dapat menikmati liburan, I NEED MY ME-TIME! Awalnya (seperti biasa) Abenk nggak baiklah jikalau aku pergi sendirian, tapi ini Jepang. Bukan di kota besar yang tingkat kriminalitasnya tinggi. Kaprikornus aku pergi keluar bermodal dompet dan kamera, menangkap suasana Ebisu Garden Place pada malam hari yang dihiasi lampu-lampu.

Akhirnya aku tidak mengecewakan usang tuh, muter-muter di drugstore dan Family Mart hanya untuk lihat-lihat. Soalnya dari kemarin belum sempat lihat-lihat kan, apalagi seharian hanya gendong bocah yang lagi nggak yummy badan.


Dua hari pertama, aku nggak banyak foto-foto alasannya ialah Aura masih nempel kayak perangko. Belum dapat menikmati liburan juga alasannya ialah ngurus anak sakit. Tapi malam itu ditutup dengan indah alasannya ialah sempat curi waktu me-time dan menikmati suasana Ebisu yang rasanya nggak ibarat di Jepang.

Bagaimana kelanjutan dongeng liburan aku berikutnya? Stay tuned!

 Matahari memberi semangat pada aku dan suami untuk segera mengeksplor dari Ebisu JAPAN TRAVEL DIARY #2: SHIBUYA, OMOTESANDO & EBISU
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #1: Traveling With A Sick Toddler


Bisa dibilang, liburan kali ini ialah liburan ‘balas dendam’ sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup lama. Tahun kemudian kami ‘hanya’ curi-curi waktu saja untuk weekend getaway atau keluar kota, hanya sekedar refreshing bukan liburan yang nampol banget!

Setelah perencanaan yang cukup matang dari segi finansial, hasilnya kami dapat pergi ke Jepang selama 10 hari dan mengunjungi beberapa tempat yang sudah aku idam-idamkan. Semua persiapan sudah beres dan cukup matang, tapi ternyata tiga hari sebelum kami berangkat.. Aura demam tinggi dan batuk pilek!

Waduh, bayanginnya aja udah repot. Lebih sedihnya lagi, Aura tertular oleh orang-orang yang tiba ke rumah saya, lagi batuk dan tidak ada yang pakai masker. Miris.

Read more: Unfocus

Ya sudah terlanjur tertular, mau bagaimana? Selain menciptakan Aura nyaman dan tenang, kami juga pergi ke dokter untuk minta resep obat. Kalau lagi sakit, Aura sama aja rewel dan mogok makan persis ibarat belum dewasa lainnya. Ditambah dengan muntah sebab tenggorokannya yang gatal. Kalau malam suka muntah dan susah tidur.

Sebelum pergi ke bandara Soekarno Hatta, aku dan Abenk sempat berdoa di kendaraan beroda empat untuk keselamatan dan kesehatan kami dan juga orang-orang yang kami tinggalkan selama liburan di Jakarta.

“Sayang, pokoknya apa pun yang terjadi, kita harus siap ya.”

Satu kalimat statement yang menciptakan aku berpikir dan juga mempersiapkan diri dengan hal-hal di luar planning kami.

“Iya, sayang,” jawab aku sambil mewaspadai apa yang aku ucapkan.

***

Selama di pesawat, Aura susah tidur dan resah banget. Saya dan suami pun ikut terjaga sebab Aura nangis terus, batuk-batuk terus, kasian banget pokoknya. Dua jam sebelum mendarat di Haneda, kami bertiga gres dapat tidur agak lebih nyenyak. Alhasil hingga di airport, kami tidak mengecewakan zombie sebab kurang tidur. Aura rewel nggak mau ina-ini-itu. Di stroller gak mau, dipakaiin baju dobel nggak mau, kaos kaki nggak mau, diturunin supaya jalan kaki sendiri nggak mau.

Lebih riwehnya lagi, Aura nangis-nangis pas ditaruh di stroller, padahal kami harus naik kereta untuk early check-in di apartemen tempat kami akan tinggal selama 6 hari. Tau sendiri kan, jikalau taksi di Jepang muahal banget tarifnya?

Akhirnya aku gendong-gendong deh selama pindah-pindah kereta dari Haneda-Shinagawa-Ebisu. Sampai di stasiun Ebisu, Aura teriak-teriak lagi nggak mau duduk di stroller. Tubuh kami masih menyesuaikan diri dengan suhu di Jepang yang hambar dan anginnya nusuk. Aura masih kaget dengan semuanya, plus smartphone aku mendadak mati padahal semua kebutuhan ibarat peta, alamat, arahan untuk masuk ke apartemen ada di smartphone saya.

Setelah 15-20 menit mencari-cari apartemen kami dan nyasar-nyasar, hasilnya kami hingga juga. Untung ada orang di sekitar situ yang membantu kami menemukan alamat apartemen kami.

Sampai di apartemen, kami masih kedinginan dan lupa nanya ke host kami bagaimana menyalakan heater! Hahahaha! Kebetulan host kami lagi business trip, jadi agak susah menghubunginya. Otak aku pun eksklusif ingat seorang sahabat usang yang tinggal di Jepang, eksklusif deh aku video call teman saya, Cristy, yang kebetulan telfonnya eksklusif diangkat. Thanks ya Cristy!



Rencana kami untuk jalan-jalan di hari pertama pun gagal, kami bertiga teler sebab kurang tidur. Tapi masih lebih teler Aura yang setiap batuk niscaya nangis. Akhirnya Abenk memutuskan semoga kami istirahat saja di apartemen, paling jikalau mau keluar pun, Abenk yang pergi untuk beli makan. Untungnya kami menginap di tempat Ebisu yang nggak seramai Shibuya dan Shinjuku, akrab apartemen kami juga banyak convenient store dan restoran.

Menjelang malam, Abenk keluar untuk mencari makan. Percaya lah, Aura belum makan dengan benar selama 2-3 hari sebab lagi sakit. Mama-nya apakabar?

Frustasi.

Serius. Frustasi, saudara-saudara!

Aura nggak mau makan, belum buang air besar, lemes, rewel. Mogok ngomong juga lho selama 2-3 hari. Boro-boro ngomong, “Mama” atau “Nggak mau” – beneran nggak ngomong sama sekali! Senyumannya hilang, nggak ada ketawa dan mulut tengil yang selama ini bikin aku ngakak-ngakak.

Kayak film Trolls gitu, yang tadinya warna-warni.. Sekarang jadi abu-abu. #sedih #pilu

Saya pun berkali-kali googling perihal ‘liburan dengan anak sakit’, ‘anak sakit ketika liburan’ dan ‘traveling with a sick toddler’ – iya, aku benar-benar di tahap putus asa berat. Saya hingga gak percaya aku baca tips menghilangkan jerawat dan bekas-baca tips menghilangkan jerawat dan bekasin artikel tips menghilangkan jerawat dan bekas macam-macam yang berafiliasi dengan anak sakit selama liburan.

Menjelang malam, Abenk pun cepat-cepat keluar dari apartemen untuk beli cemilan. Saya titip pesan, “Sayang, tolong cariin kentang goreng. Sama beliin cemilan yang banyak, apa aja deh, pokoknya yang banyak dan gambarnya lucu-lucu. Hati-hati ya.”

Kalau soal cemilan, Abenk memang jagoannya. Sekitar satu jam kemudian, Abenk pulang membawa dua kantong KFC dan satu kantong besar yang isinya cemilan imut-imut yang bentuknya terlalu lucu hingga gak rela untuk di makan. Saya sediakan piring di meja, kemudian kami menjajakan semua harta karun yang Abenk bawa hahaha.

Aura eksklusif tertarik melihat cemilan unyu-unyu, tangannya eksklusif tertuju pada biskuit manis-manis. Semenit kemudian, Aura eksklusif ambil kentang goreng yang bentuknya gendut-gendut (KFC, kau penyelamatku!) dan Aura habis seporsi kentang lho, ibu-ibu!

Setelah makan, Aura jauh lebih segar dan mulai joget-joget kecil lagi.
Begitu aku lihat Aura mau makan kentang goreng dengan lahap, aku duduk di sebelah Abenk dan tanpa sadar air mata bercucuran satu per satu (ini ngetiknya aja sambil berkaca-kaca).

Rasa lelah, frustasi, bingung.. Semuanya eksklusif hilang begitu Aura mau makan. Abenk di sebelah aku ngelus-ngelus punggung, “Udah kau jangan terlalu mikirin.”

Biarpun aku keseringan nyantai, tapi problem kayak gini juga bikin aku putus asa lho. Sama kayak ibu-ibu lain di luar sana hehe. Setelah selesai makan, aku elus-elus Aura sambil berdoa, “Semoga makanannya diterima ya Nak, semoga nanti malam nggak muntah ya Nak.”

Beneran lho, malamnya Aura tidur lebih nyenyak dan nggak muntah! Fiuh, malam pertama di Tokyo begitu berwarna. Rasa excited, deg-degan dan perasaan tak sabar menyelimuti aku malam itu.

Percaya lah, sempat beberapa kali terlintas di pikiran aku semoga membatalkan liburan kami atau beli tiket pulang jikalau Aura tak kunjung membaik. Soalnya aku teringat dongeng seorang sahabat berjulukan Ajeng, yang hasilnya mempercepat liburannya selama di Jepang sebab putrinya demam tinggi. Niat liburan sekitar 8 hari, hasilnya di hari kelima Ajeng dan putrinya pulang ke Jakarta.

Saya tau aku nggak sendirian. Banyak sekali teman-teman di luar sana yang ikut menyemangati, memberi derma dan doa semoga Aura cepat sembuh dan kami juga sehat-sehat selama liburan. Memang jikalau lagi masa-masa sulit begini, rasanya tuh dunia mau runtuh (ini yang ngomong Andra versi lebay hihihi). Saya percaya semua akan berakhir, terima kasih buat yang kemarin mendoakan Aura dan mengikuti terus dongeng liburan kami.

Drama belum berakhir, selanjutnya akan aku ceritakan di hari kedua! Thank you for your endless support! You know who you are! xoxo

 sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup usang JAPAN TRAVEL DIARY #1: TRAVELING WITH A SICK TODDLER
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #3: Gotemba Premium Outlets


Pergi ke Gotemba Premium Outlets sebenarnya tidak ada dalam rencana liburan kami selama di Jepang. Cuma ya namanya termakan dengan kata ‘premium outlets’ jadinya aku dan Abenk tetapkan untuk ke Gotemba dibandingkan ke Disneyland. Soal Disneyland, mungkin dapat lain kali ketika Aura sudah agak besar jadi dapat main lebih puas.

Ternyata dari tempat Shibuya, nggak susah untuk ke Gotemba Premium Outlets. Saya berpatokan dengan jadwal bis yang berangkat dari Shinjuku Station (cek jadwal bis di sini).

Dari Shinjuku Station ke Gotemba menempuh waktu sekitar 90-120 menit, tergantung kondisi kemudian lintas ketika kita berangkat. Sebetulnya dapat saja naik kereta untuk ke Gotemba, tapi aku menentukan mengeluarkan uang ekstra untuk naik bis biar kami bertiga dapat tidur lebih nyenyak di bis.

Karena jikalau di kereta mungkin harus ganti-ganti stasiun dan mungkin aja tidurnya terlalu pulas – tau-tau kelewatan! Hahaha!



Benar saja, Aura dan Abenk tidur pulas selama perjalanan. Sampai di Gotemba Premium Outlets, penampakannya masih agak sepi. Mungkin ini juga alasan kenapa jadinya Aura mau duduk anteng di stroller. Hore!

Kami keluar-masuk setiap toko yang ada, tapi anehnya.. Nggak ada satu pun barang yang ‘greget’ untuk dibeli.

Read more: Japan Day #2 | Shibuya & Omotesando

Ada sih, sepatu yang Abenk suka. Tapi ukurannya nggak ada. Gituuuu terus. Akhirnya kami tidak mengecewakan usang di toko mainan Bandai (ya elah hahaha) dan borong beberapa action figure Star Wars yang tidak dijual di Indonesia. Wah, rasanya senang banget!


Menurut aku cukup worth it kok ke Gotemba. Selain dapat belanja barang-barang branded dengan harga yang cukup terjangkau, kami juga menikmati pemandangan Gunung Fuji yang tertutup salju. Cantik sekali! Beda banget dengan pengalaman pertama aku waktu pertama kali melihat Gunung Fuji ntah berapa tahun lalu. Kali ini, indah dan anggun sekali!

Lebih hebatnya lagi, kemudahan ibarat baby room, nursing room, ramp, hingga tempat permak baju ada semua di Gotemba Premium Outlets. Makara yang kesini bawa bayi, anak kecil hingga orang bau tanah pun nggak ada dilema sama sekali.

Kami pun makan siang di food court sambil menikmati pemandangan sekitar. Aura sudah jauh lebih fit dibanding kemarin, sudah mau duduk di stroller dan mau jalan sendiri. Sesekali masih minta digendong tapi nggak serewel itu. Begitu Aura melihat aku memesan beef udon untuk makan siang, Aura pribadi minta. Eh benar aja, habis loh seporsi mangkok kecil.


Mana mulutnya dibuka lebar-lebar, seakan balas dendam sebab sudah beberapa hari terakhir gak makan apa-apa hihihi.Anak pinter! Mamanya gembira deh jikalau urusan perut hahaha.

Biasanya habis makan siang, Aura niscaya tidur sebab kekenyangan. Lumayan rekor nih, soalnya Aura selama perjalanan ke Gotemba udah tidur, eh terus tidur lagi di stroller. Begitu tidur di stroller, bapak ibunya berasa bebas banget mau window shopping hehehe.

Sekitar jam 5 sore, bis kami menuju Shinjuku Stasiun tiba dan kami pulang. Saya sendiri gak belanja apa-apa buat diri sendiri, cuma beli beberapa baju untuk Aura dan keponakan saya. Ntah kenapa, walaupun banyak barang branded dengan harga menggiurkan – tetap aja gak merasa harus belanja. Banyak lho tas-tas bagus harganya hanya tinggal sekitar 2-3 juta rupiah saja.

Untuk buat teman-teman yang suka belanja, Gotemba Premium Outlets jangan hingga kelewatan ya jikalau kalian pergi ke Jepang! :)

***

Saat perjalanan pulang dan bersahabat apartemen, aku mulai lapar dan galau mau makan malam apa. Abenk tiba-tiba kasih kejutan, mengajak aku makan malam di restoran Italia yang sering kami lewati tapi aku gak pernah ngeh! Letaknya ada di seberang Westin Hotel Tokyo, namanya Bacio di Guilietta.

Little surprise!
Aura yang sudah jauh lebih sehat, mulai ngoceh lagi ibarat biasanya.
Penampakan Bacio di Guilietta dari luar. Cantik!
Walau Aura masih agak pucat, tapi sudah lebih aktif dibanding hari-hari sebelumnya.
Pesanan kami untuk bertiga. Enak!

Surprisingly, pizza dan pastanya super enak! Tempatnya memang sepi, tapi jadi nyaman banget untuk kami yang bawa anak kecil. Yang paling penting, ada hidangan dalam bahasa Inggris dan pelayannya fasih berbahasa Inggris.

Buat saya, jikalau suami yang mendadak milih restoran untuk makan ketika liburan itu berarti banget. Apalagi jikalau makanannya enak! Momen ibarat ini akan terngiang-ngiang hingga kapan pun hihihi. Biarpun sudah mau menikah hampir 5 tahun, ada saja hal-hal kecil yang bikin bumbu-bumbu percintaan yang bikin senyum-senyum.. termasuk ketika suami dapat menentukan restoran yang yummy :D

 sebenarnya tidak ada dalam rencana liburan kami selama di Jepang JAPAN TRAVEL DIARY #3: GOTEMBA PREMIUM OUTLETS
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

Japan Travel Diary #8: Kyoto & Arashiyama

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Untuk menutup liburan dengan manis, aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke Kyoto. Bosan kan, lihat gedung-gedung terus? Saya sengaja menentukan Kyoto untuk mengakhiri liburan kami sebab kotanya sangat cantik, unik dan cocok untuk laid back.

Tak ada aktivitas perjalanan yang ketat untuk berkunjung di Kyoto, aku hanya kepikiran mau ajak Abenk ke Fushimi Inari dan Arashiyama. Untungnya dari Osaka ke Kyoto hanya menempuh waktu satu jam perjalanan.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Fushimi Inari-taisha Shrine lebih ramai dari pertama kali aku berkunjung. Banyak turis lokal maupun internasional, selain itu banyak warung-warung yang menjajakan masakan kecil mulai dari sate, mochi, takoyaki, dsb. Sebelum muter-muter aku dan Abenk pun kalap mencoba cemilan gemes-gemes. Mana udara lagi masbodoh banget, makan apa aja yang masih hangat rasanya super enak.

Aura begitu menginjakkan kaki di Fushimi Inari, girang bukan main. Mungkin bosan ya selama perjalanan di stroller aja, begitu ketemu jalanan yang berkerikil eksklusif deh Aura girang banget. Area Fushimi Inari cukup luas, rasanya agak riweh jika bawa Aura untuk melihat seluruh areanya. Kalau di lihat dari peta yang tersedia, wahhh kita sih masih di tangga paling bawah hahaha.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Akhirnya hingga kami merasa cukup, kami memutuskan untuk pindah ke atraksi turis lainnya di Kyoto. Nah, aku sempat ragu-ragu tuh.. Ke Arashiyama atau nggak ya?

Banyak sahabat aku yang bilang, “Lo harus ke Arashiyama! Ke Arabica! The best banget!”

Dari hasil googling, yaaa sepakat lah tempatnya bagus. Soalnya kadang aku suka ketipu sama foto hahaha. Oh, ternyata Bamboo Forest disana juga. Tapi dari Fushimi-Inari harus menempuh jarak sekitar 1 jam lagi. Abenk bilang, “Yaudahlah, kesana aja mumpung disini.”

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Dari stasiun Fushimi Inari kami harus menunggu kereta sekitar 20 menit – cukup usang dibandingkan kereta-kereta yang pernah kami naiki. Biasanya paling usang menunggu hanya 5-10 menit. Maklum saja, mungkin kota kecil jadi ya gak terlalu banyak kereta yang berlalu-lalang.

Selama menunggu di stasiun Fushimi Inari yang terbuka, aku dan Abenk menghangatkan badan dengan sinar matahari siang. Hangat dan rasanya nyaman sekali. Rasa kangen dengan udara tropis mulai terasa sehabis bepergian selama satu pekan.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Hari itu juga aku gak sanggup foto-foto dengan kamera saya, alhasil pinjam kamera Abenk yang biasanya untuk bikin vlog. Gara-gara hal kecil gak penting, sebab kami lupa bawa adaptor listrik! Sedangkan selama di Tokyo, apartemen kami menyediakan adaptor listrik. Yaudah deh nasib banget ga sanggup motret pakai kamera sendiri, padahal hari itu momen yang berdasarkan aku terbaik banget.

Kami gres ingat, kami belum makan siang. Sedangkan Aura sudah ngemil roti sosis 1,5 porsi sebelum kami hingga di Kyoto – pantes beliau anteng aja.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Pemandangan selama perjalanan ke Arashiyama dihiasi dengan rumah-rumah kecil khas Jepang yang rapi dan manis sekali. Stasiun Arashiyama juga termasuk stasiun kecil, tapi lebih modern. Sebelum berjalan kaki ke Bamboo Forest, kami melipir untuk makan siang. Lagi-lagi aku menentukan ‘restoran ngasal’ tapi servis dan makanannya luar biasa lezat (gak pernah gagal makan selama di Jepang). Ntah sebab lapar atau memang enak, chicken katsu don yang aku pesan rasanya luar biasa.

Pinggir jalan Arashiyama ternyata ramai dengan turis-turis, mulai dari kios souvenir, makanan, restoran, dimana aja ramai.

Dari Bamboo Forest kami berjalan kaki lagi menuju coffee shop yang lagi diomongin semua orang, %Arabica. Sebenarnya (kalau gak salah) %Arabica ada 3 outlet di Kyoto, tapi memang yang lokasinya paling menarik yakni di Arashiyama. Arashiyama ini benar-benar kota kecil yang sangat cantik, tenang, sangat disukai turis.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Hampir hingga di %Arabica, aku dikejutkan oleh pemandangan sungai, gunung, jembatan dan langit yang luar biasa cantikkkkkkkkkkkk. Kalau lihat di foto mungkin gak segitunya yaaa. Tapi sewaktu berada disana, menikmati pemandangan sambil menikmati bunyi air serta udara dingin.. Rasanya luar biasa!

Tanpa berlama-lama Abenk eksklusif mengantri untuk memesan kopi %Arabica sedangkan aku foto-foto sambil duduk-duduk kalem mumpung Aura sedang tidur anteng di stroller. Karena antriannya cukup panjang, aku pamit sebentar untuk berkeliling sambil mencari daerah koin di toko souvenir. Padahal udah agak usang tuh, muter-muter sambil menunggu kopi tiba – ternyata pas balik ke %Arabica, Abenk masih ngantri.

Gak usang Abenk nyamperin aku sambil membawa dua gelas kopi, roti isi dan dua kantong berisi biji kopi %Arabica untuk oleh-oleh. Sebelum nyobain kopi Arabica yang katanya dashyat banget itu, aku foto-foto dulu dong buat konten Instagram.

Pas nyobain, YA OLOH SEKARANG GUE NGERTI KENAPA ORANG NGANTRI-NGANTRI.

Lebay memang, tapi BENERAN SEENAK ITU.

INI NGETIKNYA KENAPA GAK SANTAI PAKAI CAPS LOCK SEMUA.

TAPI BENERAN SEENAK ITU.

Bahkan walau gak pakai gula pun, kopinya sudah berasa sedikit manis. Gak ada rasa pahit yang tajam di lidah. Susah jelasinnya tapi enakkkk banget.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Gak heran, aku sering sanggup laporan bahwa turis-turis rela antri hingga satu jam demi segelas kopi %Arabica.

Ditambah lagi, aku terbuai dengan pemandangan Arashiyama yang manis dan menenangkan. Saya dan Abenk duduk membisu aja sambil menikmati pemandangan, Aura asik bolak-balik minta ice cappuccino-nya Abenk hihihi.

Benar-benar Arashiyama bikin aku jatuh cinta. Seandainya ada kesempatan untuk balik lagi kesini dalam waktu dekat, aku berharap sanggup lebih usang menikmati keindahan kota Kyoto.

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Sebelum Osaka aku berencana mampir sebentar dulu ke Kyoto, berharap matahari masih terang jadi kami masih sanggup sight seeing. Sebelum ke stasiun, aku mampir di sebuah toko kecil yang menjual buah-buahan segar dan membeli sekotak stroberi seharga 550 yen. Stroberi Jepang memang manis dan segar banget, gak heran jika Aura sanggup menghabiskan sekotak sendirian hahaha.

Saya tidak mengecewakan ngotot pengen ngajak Abenk ke Nanzen-ji Temple di Kyoto, ternyata pas hingga disana udah gelap banget dan udara super dingin! Sedangkan aku gak bawa selimut untuk Aura, tapi untungnya Aura anteng aja lho seharian. Mungkin kebawa sama suasana di Kyoto yang kalem dan damai ya..

Gak ada orang satu pun di Nanzen-ji Temple dan gelaaaaap banget! Saya tetap berkeliling walau hanya satu putaran, gelap dan tidak mengecewakan horor, sebab Nanzen-ji Temple merupakan salah satu daerah wisata yang membekas di hati saya. Paling disana cuma sekitar 10 menit, kemudian kami balik lagi ke stasiun subway untuk cari jalan pulang ke Osaka deh. Tapi malam itu benar-benar masbodoh sekali di Kyoto!

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA

Oh iya, aku punya peer sebab aku harus mencari adaptor listrik untuk ngecharge kamera saya. Sampai di Umeda, aku dan Abenk sibuk cari-cari adaptor listrik sebab ternyata gak segampang itu untuk ngedapetinnya. Kaprikornus teman-teman, jangan lupa bawa adaptor listrik dari Indonesia yaaa! Supaya gak buang-buang waktu nyari-nyari di Jepang hehehe.

Hari itu aku capek banget. Masih ingat rasa capeknya luar biasa, tapi bahagia banget sebab liburan ini terbayarkan semuanya. Sayangnya di hari yang luar biasa itu, kamera aku malah kehabisan baterai hahaha. Walaupun sanggup pinjam kamera suami, tetap aja feeling-nya beda jika pakai kamera sendiri. Tapi.. Gak semua momen indah itu sanggup ditangkap oleh kamera sih, membekas di hati itu jauh lebih berarti.

JADI, pesan saya: jangan lupa selalu bawa travel adaptor setiap keluar negeri, dan jangan lupa bela-belain mampir ke Arashiyama jika ke Jepang. See you next time, Kyoto and Arashiyama!

 aku dan Abenk memutuskan untuk pergi ke  JAPAN TRAVEL DIARY #8: KYOTO & ARASHIYAMA
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka