Family Life

Beauty

Beauty Budget

Cerita Sore

Lifestyle

Couple Trip

Personal

Fashion

» » » » » » Japan Travel Diary #1: Traveling With A Sick Toddler


Bisa dibilang, liburan kali ini ialah liburan ‘balas dendam’ sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup lama. Tahun kemudian kami ‘hanya’ curi-curi waktu saja untuk weekend getaway atau keluar kota, hanya sekedar refreshing bukan liburan yang nampol banget!

Setelah perencanaan yang cukup matang dari segi finansial, hasilnya kami dapat pergi ke Jepang selama 10 hari dan mengunjungi beberapa tempat yang sudah aku idam-idamkan. Semua persiapan sudah beres dan cukup matang, tapi ternyata tiga hari sebelum kami berangkat.. Aura demam tinggi dan batuk pilek!

Waduh, bayanginnya aja udah repot. Lebih sedihnya lagi, Aura tertular oleh orang-orang yang tiba ke rumah saya, lagi batuk dan tidak ada yang pakai masker. Miris.

Read more: Unfocus

Ya sudah terlanjur tertular, mau bagaimana? Selain menciptakan Aura nyaman dan tenang, kami juga pergi ke dokter untuk minta resep obat. Kalau lagi sakit, Aura sama aja rewel dan mogok makan persis ibarat belum dewasa lainnya. Ditambah dengan muntah sebab tenggorokannya yang gatal. Kalau malam suka muntah dan susah tidur.

Sebelum pergi ke bandara Soekarno Hatta, aku dan Abenk sempat berdoa di kendaraan beroda empat untuk keselamatan dan kesehatan kami dan juga orang-orang yang kami tinggalkan selama liburan di Jakarta.

“Sayang, pokoknya apa pun yang terjadi, kita harus siap ya.”

Satu kalimat statement yang menciptakan aku berpikir dan juga mempersiapkan diri dengan hal-hal di luar planning kami.

“Iya, sayang,” jawab aku sambil mewaspadai apa yang aku ucapkan.

***

Selama di pesawat, Aura susah tidur dan resah banget. Saya dan suami pun ikut terjaga sebab Aura nangis terus, batuk-batuk terus, kasian banget pokoknya. Dua jam sebelum mendarat di Haneda, kami bertiga gres dapat tidur agak lebih nyenyak. Alhasil hingga di airport, kami tidak mengecewakan zombie sebab kurang tidur. Aura rewel nggak mau ina-ini-itu. Di stroller gak mau, dipakaiin baju dobel nggak mau, kaos kaki nggak mau, diturunin supaya jalan kaki sendiri nggak mau.

Lebih riwehnya lagi, Aura nangis-nangis pas ditaruh di stroller, padahal kami harus naik kereta untuk early check-in di apartemen tempat kami akan tinggal selama 6 hari. Tau sendiri kan, jikalau taksi di Jepang muahal banget tarifnya?

Akhirnya aku gendong-gendong deh selama pindah-pindah kereta dari Haneda-Shinagawa-Ebisu. Sampai di stasiun Ebisu, Aura teriak-teriak lagi nggak mau duduk di stroller. Tubuh kami masih menyesuaikan diri dengan suhu di Jepang yang hambar dan anginnya nusuk. Aura masih kaget dengan semuanya, plus smartphone aku mendadak mati padahal semua kebutuhan ibarat peta, alamat, arahan untuk masuk ke apartemen ada di smartphone saya.

Setelah 15-20 menit mencari-cari apartemen kami dan nyasar-nyasar, hasilnya kami hingga juga. Untung ada orang di sekitar situ yang membantu kami menemukan alamat apartemen kami.

Sampai di apartemen, kami masih kedinginan dan lupa nanya ke host kami bagaimana menyalakan heater! Hahahaha! Kebetulan host kami lagi business trip, jadi agak susah menghubunginya. Otak aku pun eksklusif ingat seorang sahabat usang yang tinggal di Jepang, eksklusif deh aku video call teman saya, Cristy, yang kebetulan telfonnya eksklusif diangkat. Thanks ya Cristy!



Rencana kami untuk jalan-jalan di hari pertama pun gagal, kami bertiga teler sebab kurang tidur. Tapi masih lebih teler Aura yang setiap batuk niscaya nangis. Akhirnya Abenk memutuskan semoga kami istirahat saja di apartemen, paling jikalau mau keluar pun, Abenk yang pergi untuk beli makan. Untungnya kami menginap di tempat Ebisu yang nggak seramai Shibuya dan Shinjuku, akrab apartemen kami juga banyak convenient store dan restoran.

Menjelang malam, Abenk keluar untuk mencari makan. Percaya lah, Aura belum makan dengan benar selama 2-3 hari sebab lagi sakit. Mama-nya apakabar?

Frustasi.

Serius. Frustasi, saudara-saudara!

Aura nggak mau makan, belum buang air besar, lemes, rewel. Mogok ngomong juga lho selama 2-3 hari. Boro-boro ngomong, “Mama” atau “Nggak mau” – beneran nggak ngomong sama sekali! Senyumannya hilang, nggak ada ketawa dan mulut tengil yang selama ini bikin aku ngakak-ngakak.

Kayak film Trolls gitu, yang tadinya warna-warni.. Sekarang jadi abu-abu. #sedih #pilu

Saya pun berkali-kali googling perihal ‘liburan dengan anak sakit’, ‘anak sakit ketika liburan’ dan ‘traveling with a sick toddler’ – iya, aku benar-benar di tahap putus asa berat. Saya hingga gak percaya aku baca tips menghilangkan jerawat dan bekas-baca tips menghilangkan jerawat dan bekasin artikel tips menghilangkan jerawat dan bekas macam-macam yang berafiliasi dengan anak sakit selama liburan.

Menjelang malam, Abenk pun cepat-cepat keluar dari apartemen untuk beli cemilan. Saya titip pesan, “Sayang, tolong cariin kentang goreng. Sama beliin cemilan yang banyak, apa aja deh, pokoknya yang banyak dan gambarnya lucu-lucu. Hati-hati ya.”

Kalau soal cemilan, Abenk memang jagoannya. Sekitar satu jam kemudian, Abenk pulang membawa dua kantong KFC dan satu kantong besar yang isinya cemilan imut-imut yang bentuknya terlalu lucu hingga gak rela untuk di makan. Saya sediakan piring di meja, kemudian kami menjajakan semua harta karun yang Abenk bawa hahaha.

Aura eksklusif tertarik melihat cemilan unyu-unyu, tangannya eksklusif tertuju pada biskuit manis-manis. Semenit kemudian, Aura eksklusif ambil kentang goreng yang bentuknya gendut-gendut (KFC, kau penyelamatku!) dan Aura habis seporsi kentang lho, ibu-ibu!

Setelah makan, Aura jauh lebih segar dan mulai joget-joget kecil lagi.
Begitu aku lihat Aura mau makan kentang goreng dengan lahap, aku duduk di sebelah Abenk dan tanpa sadar air mata bercucuran satu per satu (ini ngetiknya aja sambil berkaca-kaca).

Rasa lelah, frustasi, bingung.. Semuanya eksklusif hilang begitu Aura mau makan. Abenk di sebelah aku ngelus-ngelus punggung, “Udah kau jangan terlalu mikirin.”

Biarpun aku keseringan nyantai, tapi problem kayak gini juga bikin aku putus asa lho. Sama kayak ibu-ibu lain di luar sana hehe. Setelah selesai makan, aku elus-elus Aura sambil berdoa, “Semoga makanannya diterima ya Nak, semoga nanti malam nggak muntah ya Nak.”

Beneran lho, malamnya Aura tidur lebih nyenyak dan nggak muntah! Fiuh, malam pertama di Tokyo begitu berwarna. Rasa excited, deg-degan dan perasaan tak sabar menyelimuti aku malam itu.

Percaya lah, sempat beberapa kali terlintas di pikiran aku semoga membatalkan liburan kami atau beli tiket pulang jikalau Aura tak kunjung membaik. Soalnya aku teringat dongeng seorang sahabat berjulukan Ajeng, yang hasilnya mempercepat liburannya selama di Jepang sebab putrinya demam tinggi. Niat liburan sekitar 8 hari, hasilnya di hari kelima Ajeng dan putrinya pulang ke Jakarta.

Saya tau aku nggak sendirian. Banyak sekali teman-teman di luar sana yang ikut menyemangati, memberi derma dan doa semoga Aura cepat sembuh dan kami juga sehat-sehat selama liburan. Memang jikalau lagi masa-masa sulit begini, rasanya tuh dunia mau runtuh (ini yang ngomong Andra versi lebay hihihi). Saya percaya semua akan berakhir, terima kasih buat yang kemarin mendoakan Aura dan mengikuti terus dongeng liburan kami.

Drama belum berakhir, selanjutnya akan aku ceritakan di hari kedua! Thank you for your endless support! You know who you are! xoxo

 sebab aku dan suami sudah usang sekali nggak berlibur yang santai dan cukup usang JAPAN TRAVEL DIARY #1: TRAVELING WITH A SICK TODDLER
*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply