Family Life

Beauty

Beauty Budget

Cerita Sore

Lifestyle

Couple Trip

Personal

Fashion


Berhubung dua hari pertama aku dan Abenk cukup ambisius jalan-jalan di Singapura, pas hari ketiga kami tepar semua dan berdiri siang. Saya berdiri duluan sih, sekitar jam 8 pagi. Abenk dan Aura masih nempel banget di kasur, alhasil aku beride untuk sarapan pagi sambil mencuri waktu berkualitas untuk menulis jurnal.

Karena kawasan kami menginap itu kecil untuk ukuran hotel, jadi Llyod’s Inn menyediakan breakfast voucher di luar hotel.

Kebetulan memang dua kawasan pilihan makan paginya menarik, salah satunya yaitu Killiney Kopitiam. Killiney Kopitiam ini beneran berbentuk kedai atau sanggup dibilang ‘warung’ sih. Tempatnya di pinggir jalan, modal dingklik dan kipas angin saja. Bukan menyerupai yang ada di mall-mall gitu loh.

Saya memesan roti panggang dengan selai srikaya dan secangkir teh susu hangat untuk menemani ritual morning pages. Ritual menulis jurnal di pagi hari tentunya nggak boleh ketinggalan walaupun sedang liburan, justru menulis jurnal jadi obat lelah saya.


Waktu sendirian menjadi sesuatu yang glamor sehabis menjadi ibu, dimana aku sanggup lebih hening melihat keadaan sekitar dan lebih mindful dengan apa yang ada di hadapan saya. Sebelum balik ke hotel, aku memesan dua porsi roti panggang dan teh susu untuk Abenk.

Read more: Singapore #1

Biasanya ketika waktu makan, kami berdua selalu sharing kuliner kami dengan Aura agar ia tidak memilih-milih makanan. Taunya benar kan, pas lihat roti panggang Aura eksklusif minta dan dimakan lahap banget.



Hari itu, kami berencana untuk ke ArtScience Museum untuk melihat ekspo Future World, NASA - A Human Adventure dan Journey to Infinity: Escher's World of Wonder. ArtScience selalu jadi jadwal wajib jikalau aku pergi ke Singapura, sebab pamerannya selalu keren-keren! Kemarin aku membeli tiket terusan seharga $30 untuk menikmati ketiga ekspo tersebut.

Future World
Menurut aku sih ekspo ini benar-benar wajib dikunjungi dan bawah umur niscaya suka. Interaktif sekali sebab bukan hanya sekedar exhibition, tapi para pengunjung juga sanggup bermain dan berkarya. Makanya disebut sebagai Singapore's largest interactive digital playgroud. Contohnya ketika gambar para pengunjung sanggup discan dan masuk ke dalam layar berupa gambar tiga dimensi. Lengkapnya sanggup cek di vlog-nya Abenk ya. Seru banget! Inner child dalam diri aku juga ikut bermain sebab sanggup menggambar, mewarnai dan bersenang-senang menikmati ekspo ini.



NASA - A Human Adventure
A human adventure? Sejak menonton konspirasi bumi datar, aku sudah nggak terlalu ambisius dengan NASA. Terlepas dari benar atau tidaknya bumi itu datar, tetap saja kok nggak ada insan yang ke bulan lagi ya? Ini udah 2017 lho? Yang belum nonton, coba nonton dulu semua episodenya ya :D Overall, pamerannya NASA keren sih. Lumayan lah buat hiburan.


Journey to Infinity: Escher's World of Wonder

Selain ekspo Future World yang bikin aku happy banget, menikmati karya M.C. Escher juga menciptakan aku kepikiran hingga nggak sanggup tidur. Escher menggabungkan antara seni dan matematika, sehingga menjadi sebuah karya yang nilai estetikanya sangat tinggi. Sebelumnya aku nggak pernah ‘ngeh’ dengan Escher, tapi begitu lihat beberapa karyanya aku langsung, “Lho, ini kan yang di jaman kuliah dulu?”

Kami cukup usang di ekspo M.C. Escher sebab Aura sanggup main dan Abenk cukup usang menikmati karya Escher. Karya-karyanya sangat luar biasa, sebelum keluar dari ruangan ekspo juga dijual beberapa merchandise menyerupai digital prints, pop up book dan buku wacana karya-karya Escher.

Aura sedang menjelaskan salah satu karya M.C. Escher pada salah satu pengunjung. ;p


***

Setelah dari tiga ekspo di ArtScience, kami nggak sengaja ketemu Naufal dan eksklusif menuju Art Stage Singapore 2017 di Marina Bay Sands, Sands Expo & Exhibition Centre. Kami mendapat usul VIP sehingga sanggup masuk di opening day. Kalau dibandingkan sama Art Stage Jakarta, jauh lebih besaaaaar. Besar banget dan banyak banget galeri yang ikutan, selain itu ratusan bahkan mungkin ribuan karya seni dipamerkan disana.

Pusing sebab galau mau lihat yang mana dulu, jadinya aku muter-muter sambil nemenin Aura Suri jalan-jalan dan berhenti di beberapa galeri atau karya seni yang benar-benar sangat menarik perhatian kami. Naufal juga memamerkan tiga karya terbarunya di Art Stage Singapore 2017.


Setelah dari Art Stage Singapore, aku janjian makan malam dengan teman usang aku di Lau Pa Sat atau Telok Ayer Market. Tempat favorit untuk jajan di malam hari, yang ternyata pas bayar.. Ya ampun, nggak murah juga ya makan di pinggir jalan tau-tau habis segitu! Hahahaha. Padahal aku hanya bertiga (Aura Suri sih nggak dihitung lah ya), pas bayar-bayar taunya hampir $80. Artinya makan di pinggir jalan aja hampir IDR 800,000,-. Kalau di Jakarta mungkin aku sanggup beli sama gerobaknya ya.

Walaupun kaget, tapi kami puas banget makan malamnya! Sayangnya pas di hotel Abenk sempat muntah (mungkin sebab sudah usang gak ‘jajan’). Alhamdulillah cuma muntah aja, nggak hingga sakit atau kenapa gitu. Sedangkan aku dan Aura aman-aman aja hingga esok paginya.

***

Hari terakhir di Singapura, kami hanya sempat ke United Square yang katanya kids learning mall. Tapi sejujurnya, mall-nya agak garing sih. Kalau waktu liburannya cuma sedikit, berdasarkan aku gak terlalu perlu kesini. Lalu kami ke Kinokuniya Takashimaya untuk lihat-lihat buku.

Nah, biasanya kalau sudah hingga Kinokuniya di Takashimaya mendadak kalap. Kali ini aku dan Abenk berhasil keluar tanpa membeli apa pun! *tepuk tangan*

Mungkin sebab galau mau beli apa, terus kalau dipikir-pikir, masih banyak buku nganggur di rumah.

Sampai di Changi airport, Abenk sempat bertanya ke saya, “Kamu nggak beli apa-apa nih selama disini?”

Oh iya, aku gres sadar kalau aku nggak beli apa-apa. Kecuali Lego ya, itu juga buat koleksi berdua. Tapi untuk diri aku sendiri, aku nggak beli apa-apa. Saya gres sadar, ternyata membeli barang hanya kepuasan sementara. Sedangkan aku lebih menunggu-nunggu pengalaman dan momen yang menyenangkan selama liburan dibanding membeli sesuatu.
Llyod's Inn, kawasan kami menginap selama di Singapura.

Akhirnya aku mampir ke toko buku Times untuk sekedar melihat-lihat, ternyata ada satu buku yang menarik perhatian saya.

Judulnya, THE GRATITUDE DIARIES.

Saya tersenyum, eksklusif mengambil buku tersebut sebanyak dua buah. Satu untuk diri saya, satu untuk abang ipar saya. Ntah mengapa aku yakin The Gratitude Diaries akan mempunyai kegunaan bagi aku dan lingkungan saya. Setelah membayar, aku eksklusif memamerkan buku tersebut ke suami.

“Nih, finally I bought something for myself.

Melihat judul buku tersebut, Abenk tidak berkomentar melainkan tersenyum. Menandakan ia senang aku mendapat sesuatu, bukan hanya sekedar barang saja – tapi sebuah buku yang akan mempunyai kegunaan bagi aku dan lingkungan saya.

Liburan ke Singapura kali ini memang terasa berbeda. Walaupun capek dan lepek sekali, momen-momen yang lelah seakan tertutupi dengan kebahagiaan dan kepuasan sebab kami berhasil liburan bertiga tanpa harus menghadapi Aura yang rewel. Alhamdulillah, semuanya sehat.

Eits, liburan belum selesai. Setelah Singapura, aku harus terbang lagi ke Bali. Tungguin ya, ceritanya! :)

Read more: Our First Travel Experience with 6 Months Old Baby

 Berhubung dua hari pertama aku dan Abenk cukup ambisius jalan SINGAPORE #2

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply