Family Life

Beauty

Beauty Budget

Cerita Sore

Lifestyle

Couple Trip

Personal

Fashion

» » » » » Japan Travel Diary #9: Best Coffee In Osaka

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan susah move on gara-gara kopi %Arabica. Beneran, seenak itu dan segitu relanya antri lagi demi segelas kopi. Kali ini saya mau kisah soal hari terakhir kami di Jepang.

Sebenarnya hari terakhir ialah hari ke-10, tapi saya anggap hari ke-9 ialah hari terakhir alasannya ialah hari ke-10 kami cuma menghabiskan waktu ke airport saja. Jadi, di hari ke-9 kami masih punya waktu seharian penuh untuk mengeksplor kota Osaka yang tidak pernah kami tau sebelumnya.

Ide-ide untuk pergi kemana pun sudah mulai habis dan ntah kenapa kurang tertarik untuk mengunjungi Osaka Castle (mungkin sudah terlalu lelah). Last minute sebelum pergi keluar dari apartemen, Abenk mengajak saya untuk ke Brooklyn Roasting Company. Sebuah coffee shop beken di Osaka yang berdasarkan hasil googling: kece, hits, kopinya yummy dan tempatnya keren.

Dari Daikokucho Station, kami turun di Yodoyabashi Stastion. Agak terkejut alasannya ialah begitu keluar dari stasiun, kami ibarat melihat sisi lain Osaka yang kami tidak pernah lihat dari foto-foto turis. Daerah perkantoran yang bersih, rapih, jalanannya besar. Sekilas mengingatkan saya dengan Omotesando (minus keramaian) dan SCBD Jakarta. Kami menelusuri jalanan di antara gedung-gedung tinggi untuk menuju Kitahama, daerah Brooklyn Roasting Company berada.

Tak ada sesuatu yang menarik selama kami berjalan kaki hampir 15 menit, hingga kesannya Google Maps menunjukkan bahwa sebentar lagi kami akan sampai. Papan nama Brooklyn Roasting Company sudah terlihat dan ada rasa kemenangan sendiri ketika kami sampai. Pasalnya, jarang banget lihat turis yang kesini dan belum pernah dengar ihwal coffee shop ini dari orang yang saya kenal.

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Nah saya mengerti kenapa Abenk ngajak sana kesini. Kami sanggup ngopi sambil melamun liatin sungai! Persis ibarat waktu di Arashiyama, tapi yang ini versi lihat gedung-gedung bertingkat aja hahaha. Ada sungai yang bersih, sekelompok burung camar putih yang terbang kesana-kemari, pemandangan di seberang sungai juga gak kalah bagusnya. Cuaca di seberang yang sedang cerah dan udara yang sejuk jadi sahabat kami hari itu.

Saya benar-benar senang waktu kesini. Ntah mungkin belum sempat browsing, saya gak pernah tau jikalau ada view ibarat ini di Osaka.

Rasa lapar dan kedinginan mendadak dihangatkan dengan senyuman besar hati saya, berkali-kali saya memuji Abenk alasannya ialah udah ngajak saya kesana! Benar-benar pilihan yang tetap untuk memulai hari itu dan mengakhiri liburan kami.

Ntah kenapa pemandangan di depan kami malah mengingatkan saya pada pemandangan kota-kota di Australia ibarat Sydney dan Melbourne. Gak kerasa Jepangnya sama sekali! Saya pribadi teringat dengan dua sahabat kesayangan saya, Ellyse dan Ernanda. Langsung deh buru-buru kirimin foto-foto disana ke Ellyse, “Lihat deh, saya berasa di Aussie! Langsung inget kamu!”

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Saya pesan dua roti donut dan dua cappuccino panas sambil duduk beristirahat. Roti donutnya yummy banget, begitu pula dengan cappuccino yang kami pesan. Kaki rasanya masih infeksi dan capek gara-gara kemarin, tapi terbayar alasannya ialah sanggup ngopi di daerah yang melebihi ekspektasi saya dalam dua hari berturut-turut :)

Walaupun daerah ini tidak kid-friendly, ada beberapa anak kecil yang sedang menemani orang tuanya ngopi-ngopi. Aura juga asik main dengan pelanggan lain yang duduk di meja sebelah saya. Biasanya Aura senang banget jikalau main sama tante-tante ramah yang suka ngeladenin anak kecil hihihi.

Satu hal lagi yang saya sukai dari Brooklyn Roasting Company, para staff-nya lancar berbahasa Inggris tanpa terdengar logat Jepang sedikit pun – sama ibarat staff %Arabica di Arashiyama. Ini menciptakan saya senang alasannya ialah sanggup berkomunikasi dengan mereka. Dibanding cuma bahasa tarzan yang ala kadarnya hahaha.

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Setelah puas bengong-bengong di Brooklyn Roasting Company, saya ingin melihat-lihat sekeliling. Ternyata daerah yang kami datangi itu ialah Osaka City Central Public Hall, yang di depannya ada lapangan/taman cukup luas untuk duduk-duduk. Aura asik keliling-keliling sambil ngejar burung merpati yang lewat, saya sama Abenk cuma duduk-duduk sambil memandangi kota. Plus, kami juga menghangatkan diri alasannya ialah matahari sedang hangat sekali.

Sering kali kami menghabiskan waktu cukup usang di satu daerah hanya untuk duduk dan menikmati suasana. Kami gak pernah suka traveling yang terlalu heboh alias terlalu padat jadwalnya, alasannya ialah kami merasa tidak sanggup menikmati – sanggup sisaan capek aja.

Kadang sangking padatnya, saya tuh suka lupa tadi melihat apa saja. Sedangkan jikalau traveling yang santai dan sanggup mindful selama perjalanan, disitu saya mendapat banyak wangsit dan sanggup mengingat momen-momen yang nantinya saya ingat.

“Fill your life with experiences, not things. 
Have stories to tell, not stuff to show.” 
– Unknown

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Mumpung sedang di sentra kota Osaka, saya dan Abenk lanjut jalan kaki ke The National Museum of Art Osaka (NMAO). Kira-kira kami jalan kaki selama 20-30 menit dari Osaka City Central Public Hall, tapi gak berasa soalnya cuaca dan suasananya yummy banget. Sampai di NMAO, gak nyangka ada dua pekan raya yang wajib kami lihat yaitu Lucas Cranach The Elder: 500 Years of the Power of Temptation dan Pierre Alechinsky. Saya gak tau siapa keduanya, yang saya tau: saya bakal nyesel jikalau gak ngeliat pekan raya ini.

Biaya masuk museum di luar negeri tentunya gak sanggup dibandingin sama biaya masuk museum-museum di Indonesia. Dari segi fasilitas, karya seni yang dipamerkan hingga kenyamanan untuk pengunjung juga beda banget. Untuk melihat dua pekan raya di atas, saya dan Abenk harus membayar tiket masuk dengan kisaran harga IDR 200.000,-/orang.

Mahal, tapi kapan lagi sanggup lihat karya-karya yang belum tentu sanggup dipamerkan di Indonesia?

Pameran pertama yang kami nikmati ialah Lucas Cranach The Elder: 500 Years of the Power of Temptation – dimana kami punya kesempatan untuk melihat karya-karya seorang seniman yang dibentuk 500 tahun yang lalu. Bayangin aja, karyanya sudah tersebar di seluruh dunia dan saya sanggup melihat dengan mata kepala sendiri disana. Pengalaman yang luar biasa!

Lucunya lagi, ada juga lukisan-lukisan Lucas Cranach The Younger yang merupakan keturunan Lucas Cranach The Elder. Lukisannya sama-sama bagus!

Lebih GILAnya lagi, ini pertama kalinya saya sanggup melihat pribadi beberapa karya Picasso yang juga terinspirasi oleh Lucas Cranach. Bukan lukisan yang besar-besar sih, paling ukurannya A3. Cuma tetap aja, PICASSO! LEGENDARIS!

Sayangnya selama pekan raya kami dihentikan foto pakai smartphone, apalagi mirrorless camera.

***

Dua pekan raya di NMAO bikin saya senang alasannya ialah saya dan Abenk gak ada rencana kesini awalnya. Oh iya, untuk teman-teman yang mau ke Osaka sekitar Juli hingga Oktober 2017 jangan lupa mampir ke NMAO ya alasannya ialah ada pekan raya Collection of Museum Boijmans Van Beuningen Bruegel's “The Tower of Babel” and Great 16th Century Masters. Jarang-jarang lho sanggup lihat karya seni yang usianya ratusan tahun :)

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Sayangnya saya gak sanggup lama-lama menikmati karya Pierre Alechinsky alasannya ialah Aura udah cranky karena ngantuk. Eh taunya di NMAO ada nursing room dan kids corner (mungkin sanggup dicontoh yaaa sama museum atau galeri seni di Indonesia). Adanya kids corner di museum benar-benar solusi untuk ibu-ibu yang udah hopeless jikalau anaknya lari-lari atau maksa megang karya di museum hahaha.

Alhasil saya nunggu Abenk sambil duduk-duduk, mengisi baterai smartphone dan menemani Aura baca tips kulit wajah awet muda buku.

Karena sepi banget, saya pun curi-curi waktu untuk power nap. Pas Abenk dateng, Abenk ikut ketiduran lho sambil nunggu Aura main hahahaha. Lumayan banget untuk mengembalikan energi kami (power nap beneran power ya ternyata!). Gak lama, Aura juga ngantuk banget dan kesannya tidur.

Sebelum pulang ke apartemen, saya dan Abenk nyempetin lagi untuk makan malam di Dotonbori. Malam terakhir ditutup manis dengan bertemu salah satu sahabat bersahabat kesayangan saya, Ila Anjani, yang lagi honeymoon sama suaminya! Senang banget walaupun ketemunya cuma sebentar (soalnya kami jikalau ketemu sanggup seharian hahaha), tapi malam itu ditutup dengan manis.

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
Baju Aura kotor gara-gara minum kopi hahaha.
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA
 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

Pulang ke apartemen, pribadi deh packing! Aura udah ngorok duluan, sedangkan Abenk yang beresin semua koper hihihi. Abenk berkali-kali bilang, “Aku suka banget lho sama Jepang. Dari semua kota dan negara yang pernah saya datengin, saya nggak pernah ngerasain feeling ini.”

Saya udah bilang sih berkali-kali sebelum kami liburan, “Duh kau bakal suka banget sih Jepang. Kamu niscaya nagih.”

Eh benar kan. Abenk nagihhhh banget. Sampai di Jakarta saya dan Abenk harus pembiasaan kembali untuk beraktivitas. Walaupun gres pulang dari Jepang, Abenk udah bilang lagi jikalau dalam waktu bersahabat ingin jalan-jalan ke Jepang lagi dan ingin mengeksplor Kyoto lebih lama.

Alhamdulillah, ketika travel fair kemarin kami beli tiket lagi dan kali ini untuk merayakan ulang tahun saya di Jepang. Banyak sekali yang bilang jikalau ke Jepang harus nyobain semua musim: ekspresi dominan semi, ekspresi dominan gugur dan ekspresi dominan dingin. Musim panas gak usah lah yah, jikalau mau panas-panasan mending ke Bali aja yaaa hehehe. FYI, saya udah pernah ke Jepang ketika ekspresi dominan panas dan itu nyiksa banget. Kapok!

Mudah-mudahan jikalau dilancarkan kami akan ke Jepang lagi tahun ini. Terima kasih yang sudah mengikuti perjalanan saya, Abenk dan Aura selama di Jepang. Yang mau tanya boleh yaaa, sebisa mungkin saya jawab. See you soon, Japan!

 Hari terakhir kami di Jepang ditutup manis dengan menghabiskan waktu di Arashiyama dan su JAPAN TRAVEL DIARY #9: BEST COFFEE IN OSAKA

*********************************************************

READ MORE
Japan Day #1 | Traveling With A Sick Toddler
Japan Day #2 |  Shibuya & Omotesando
Japan Day #3 | Gotemba
Japan Day #4 | Yoyogi Park & Shimokitazawa
Japan Day #5 | Daikanyama & Mori Art Museum
Japan Day #6 | Bye Tokyo, Hello Osaka!
Japan Day #7 | Osaka Aquarium Kaiyukan & Tempozan Park
Japan Day #8 | Kyoto & Arashiyama
Japan Day #9 | Last Day in Osaka

«
Next
Newer Post
»
Previous
Older Post

No comments:

Leave a Reply